logo pembaruan
list

Wakanda, Mitos dan Fakta

Facebook
Twitter
WhatsApp

BELAKANGAN kita semua dipertontonkan dengan kelucuan-keluan politik yang mengocok perut, sehingga kebablasan dan pada ahirnya isi perut kita keluar (mabuk).

Ya, itulah sebuah ironi di negeri Wakanda. Hah, Wakanda!

Negeri Wakanda seringkali digunakan untuk menggambarkan ide atau aspirasi tentang kemajuan teknologi, kemandirian ekonomi, dan keadilan sosial yang sangat maju dalam konteks sebuah negara atau masyarakat.

Dalam semesta Marvel, Wakanda adalah negara fiksi di Afrika yang memiliki teknologi paling maju di dunia, berkat sumber daya alamnya yang kaya, terutama vibranium, serta kepemimpinan yang bijaksana dan visioner.

Mengadopsi ide “seperti di negeri Wakanda” dalam konteks dunia nyata bisa berarti mengejar kemajuan teknologi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, mendorong inovasi, serta memastikan bahwa kekayaan dan kemajuan tersebut memberi manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.

Hal ini juga mengimplikasikan adanya upaya untuk mempertahankan kedaulatan dan kearifan lokal sambil menerima globalisasi dan teknologi modern.

Di banyak negara, terutama di Afrika, terdapat inspirasi dari Wakanda yang mendorong visi pembangunan nasional, di mana penekanannya adalah pada inovasi, pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dan keadilan sosial.

Wakanda menjadi simbol kemungkinan-kemungkinan positif bagi masa depan, menantang narasi negatif dan menawarkan model untuk pembangunan yang holistik dan inklusif.

Itu lah Wakanda, sangat keren! Lalu, mengapa kita mengesankan negeri dongeng itu sebagai keburukan-keburukan yang terjadi di negeri kita?

Tidak sedikit ditemukan postingan yang mengaitkan Wakanda dengan bencana, ketidak adilan, kebodohan, kekonyolan dan kemiskinan.

Sebuah ironi di tengah arus perubahan global yang cepat dan tidak terduga, Indonesia berada di persimpangan jalan untuk menentukan arah pembangunan.

Disadari atau tidak kita diperkenalkan dengan Wakanda oleh salah satu capres dalam sebuah debat.

“Wakanda No More, Indonesia Forever” menjadi kutipan yang sangat populer ketimbang “Sego Goreng Iwak Endok (SGIE)”. Tapi bukan itu yang ingin saya bahas di sini.

Saya akan mengulik sedikit mitos dan fakta terkait perubahan yang disadari atau tidak adalah sebuah keniscayaan. Tentu, tidak ada dari kita yang menginginkan perubahan ke arah yang buruk.

Dalam segi apa pun semua orang ingin menjadi lebih baik. Ya, perubahan, baik pada tingkat individu maupun sosial, seringkali dikelilingi oleh berbagai mitos dan pemahaman yang salah, yang dapat menghambat kemajuan dan adaptasi.

Dari beberapa artikel yang saya baca, saya merangkum beberapa mitos dan fakta tentang perubahan untuk membantu membedakan antara persepsi yang keliru dan realitas.

Perubahan Selalu Positif
Fakta: Perubahan tidak selalu menghasilkan hasil yang positif. Efeknya bisa netral atau bahkan negatif, tergantung pada konteks dan cara perubahan tersebut dikelola. Kunci utamanya adalah adaptasi dan manajemen perubahan yang efektif untuk memaksimalkan dampak positif.

Perubahan Harus Besar dan Segera
Fakta: Perubahan efektif seringkali terjadi secara bertahap. Perubahan kecil dan konsisten seringkali lebih berkelanjutan dan lebih mudah untuk dikelola daripada perubahan besar yang dilakukan secara tergesa-gesa.

Proses evolusi bertahap ini memungkinkan individu dan organisasi untuk beradaptasi dan belajar selama proses tersebut.

Perubahan Selalu Menciptakan Ketidakpastian
Fakta: Meskipun perubahan seringkali membawa ketidakpastian, cara kita merespon perubahan tersebut dapat menciptakan stabilitas baru dan peluang untuk pertumbuhan.

Dengan perencanaan dan strategi yang tepat, perubahan dapat dijadikan sebagai kesempatan untuk memperkuat dan memperbaharui.

Perubahan Diterima oleh Semua Orang
Fakta: Setiap individu dan kelompok memiliki sikap dan respons yang berbeda terhadap perubahan. Beberapa mungkin merespons dengan entusias, sementara yang lain mungkin menolak atau merasa tidak nyaman.

Penting untuk mengakui dan mengelola resistensi terhadap perubahan untuk memastikan transisi yang sukses.

Kebutuhan Akan Perubahan Merupakan Tanda Kegagalan
Fakta: Kebutuhan akan perubahan sering kali merupakan tanda pertumbuhan dan evolusi, bukan kegagalan.

Mampu mengidentifikasi dan mengimplementasikan perubahan yang diperlukan adalah tanda kekuatan dan fleksibilitas, bukan kelemahan.

Perubahan Selalu Diperlukan
Fakta: Meskipun adaptasi dan inovasi penting, tidak semua situasi memerlukan perubahan. Dalam beberapa kasus, mempertahankan konsistensi dan stabilitas bisa lebih bermanfaat. Penting untuk mengevaluasi secara kritis kapan dan di mana perubahan diperlukan.

Mengenali mitos dan fakta tentang perubahan dapat membantu individu dan organisasi mengelola transisi dengan lebih efektif, memastikan bahwa mereka tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang di tengah dinamika yang terus berubah.

Berkaca pada kondisi Indonesia hari ini, di mana harga kebutuhan pokok, BBM dan kebutuhan dasar lainnya melambung, komersialisasi pendidikan dipraktikkan, KKN menggila, haruskah dipertahankan? Tidakkah kita rindu perubahan!

Wallahu’alam

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Berita Terkait

Copyright © pembaruan.id
All right reserved