logo pembaruan
list

Jelang Konfercab NU Pesibar, Aktivis Muda Ini Beri Catatan Penting

Facebook
Twitter
WhatsApp

PEMBARUAN.ID – Jelang konferensi cabang Nahdlatul Ulama (Konfercab NU) Kabupaten Pesisir Barat, yang diagendakan akhir Juni 2024, aktivis muda NU, Heri Kiswanto, memberikan beberapa catatan untuk organisasi keagamaan tersebut, khususnya di wilayah Pesisir Barat.

Menurut Heri, melihat kondisi saat ini, PCNU Pesisir Barat membutuhkan nahkoda baru. Regenerasi kepemimpinan ini diharapkan dapat menumbuhkan kembali marwah dan peran NU Pesibar agar lebih dirasakan oleh masyarakat, khususnya warga Nahdliyyin.

Heri menilai bahwa PCNU Pesisir Barat telah lama vakum dan tidak menunjukkan pergerakan atau dinamika sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendahulu NU.

“PCNU Pesibar hari ini terkesan hanya menunggu dana hibah dan hanya mengandalkan momentum-momentum saja,” kata Heri melalui surat elektroniknya yang diterima pembaruan.id, Selasa (11/06/2024) sore.

Ia juga beranggapan bahwa nahkoda PCNU saat ini hanya mengedepankan ego, bersikap otoriter, sepihak, dan membuat keputusan sendiri tanpa mendengarkan pertimbangan atau masukan dari pihak lain.

“Selama ini, kami lihat dan rasakan bahwa nahkoda NU Pesibar tidak melibatkan pihak lain dalam menentukan keputusan. Syuriah tidak dipungsikan, Banom-Banom tidak diayomi, dan pengurus MWC serta jamaahnya berjalan sendiri-sendiri,” jelasnya.

Menanggapi kondisi tersebut, Heri yang merupakan kader murni serta mewakili Banom dan anak-anak muda NU, menginginkan adanya pergantian kepengurusan.

“Kami berharap kepengurusan ke depan lebih memperhatikan, mengayomi, dan bertindak sebagai orang tua yang bijak,” kata dia.

Program kerja, lanjut dia, harus digulirkan, pondok-pondok pesantren dibina, agenda-agenda keumatan berjalan, dan politik kebangsaan diutamakan.

“Jangan sampai menjadikan NU sebagai organisasi yang tidak berharga, karena kita tahu NU adalah warisan para ulama Ahlussunnah di Nusantara ini,” ujarnya.

Heri juga menyampaikan, NU dari waktu ke waktu semakin besar, dengan badan otonom yang semakin banyak, mulai dari IPNU, Ansor, PMII, Fatayat, hingga Muslimat, serta Banom-Banom lainnya.

NU dari kultur sampai struktur otonom, tambah dia, dari amaliyah, fikrah sampai harakah (tindakan, pikiran, dan gerakan), dari problematika sosial keumatan sampai politik kebangsaan (sebagai jargon NU), demikian besar dan menjalar kader-kader NU hadir bersama sumbangsihnya untuk bangsa.

“Sejak era pra kemerdekaan sampai sekarang, siapa tak kenal NU,” jelasnya.

Untuk itu, ia kembali menegaskan harapannya agar kepemimpinan NU Pesibar ke depan lebih memperhatikan dan mengayomi seluruh anggotanya, bertindak sebagai orang tua yang bijak, menggulirkan program kerja yang konkret, membina pondok pesantren, menjalankan agenda-agenda keumatan, dan mengutamakan politik kebangsaan.

“Ya, sebagai mana saya tegaskan di awal. Jangan sampai menjadikan NU sebagai organisasi yang tidak berharga, karena kita tahu NU adalah warisan para ulama Ahlussunnah di Nusantara ini,” tandasnya. (***)

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Berita Terkait

Copyright © pembaruan.id
All right reserved