Scroll untuk baca artikel
ARITORIAL

Ngebebek

×

Ngebebek

Share this article
Fenomena Politik Baru di Lampung

DALAM sebuah ‘utak-atik’ politik yang mengejutkan, partai nonparlemen daerah di Lampung mencatatkan sejarah baru dengan membuka pendaftaran calon kepala daerah (cakada).

Hal yang paling mencengangkan adalah ketika kandidat dari partai pemenang ikut mendaftar dalam pendaftaran tersebut. Namun, yang paling menghebohkan adalah partisipasi gubernur incumbent, yang juga ketua partai besar dengan banyak kursi di dewan, dalam proses pendaftaran ini.

Fenomena ini menjadi topik hangat di kalangan masyarakat dan pengamat politik. Banyak yang merasa kebingungan dan mempertanyakan arah politik di Lampung. “Baru kali ini terjadi,” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya.

“Seperti bebek yang selalu digiring. Tidak ada pendidikan politik yang baik untuk masyarakat Lampung.”

“Kak Cadang Otok (rusak pemikiran),” kata seorang senior saya, turut memberikan komentarnya dengan nada satir.

“Ini sebuah tontonan politik yang menggelikan. Bagaimana bisa, seorang gubernur incumbent dan ketua partai besar merasa perlu untuk ikut serta dalam pendaftaran cakada dari partai nonparlemen? Ini jelas memperlihatkan kurangnya integritas dan arah yang jelas dalam pendidikan politik kita,” tutur Senior saya yang tentu bukan seneng istri orang ya.

Fenomena ini diakui atau tidak mencerminkan krisis kepemimpinan di Lampung.

“Ketika pemimpin besar dan berpengaruh menunjukkan sikap seperti ini, masyarakat hanya bisa mengikutinya tanpa banyak pertanyaan. Seolah-olah kita semua adalah bebek yang digiring tanpa tahu arah.”

Beberapa pengamat politik berpendapat bahwa kejadian ini bisa jadi merupakan strategi politik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Seorang pengamat politik dari Universitas Lampung, menyebutkan bahwa langkah ini mungkin merupakan upaya untuk memperkuat basis dukungan dan menunjukkan solidaritas antarpartai.

“Ini bisa jadi strategi untuk merangkul lebih banyak pendukung dan menunjukkan bahwa partai nonparlemen juga memiliki daya tarik politik yang kuat,” ujarnya.

Namun, tidak sedikit yang skeptis terhadap langkah ini. “Ini justru memperlihatkan kelemahan dalam sistem politik kita,” kata Hilman Saleh, seorang aktivis politik lokal.

“Alih-alih menunjukkan kekuatan, ini malah memperlihatkan ketidakstabilan dan kurangnya kepercayaan diri dari partai besar. Masyarakat Lampung berhak mendapatkan pendidikan politik yang lebih baik dan transparan.”

Kejadian ini memicu berbagai spekulasi dan pertanyaan tentang arah politik di Lampung. Banyak yang mempertanyakan apakah fenomena ini mencerminkan krisis kepemimpinan atau sekadar strategi politik yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pastinya peristiwa ini menunjukkan bahwa dinamika politik di Lampung sedang mengalami perubahan besar yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak.

Pendidikan politik yang baik dan transparan menjadi kebutuhan mendesak untuk memastikan bahwa masyarakat Lampung tidak sekadar menjadi ‘bebek’ yang digiring tanpa arah.

Integritas dan kejelasan dalam proses politik sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan dan partisipasi aktif dari masyarakat.

Wallahu’alam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ARITORIAL

PROGRAM Indonesia Pintar (PIP) sejatinya hadir sebagai angin…