PEMBARUAN.ID – Ada banyak cara menilai keberhasilan seorang pemimpin, dan salah satunya adalah bagaimana ia menangani masalah yang paling mendasar, yakni kemiskinan.
Dalam hal ini, nama Arinal Djunaidi, mantan Gubernur Lampung, disebut-sebut sebagai salah satu yang patut diapresiasi.
Melalui program Kartu Petani Berjaya (KPB), sebuah inisiatif yang tampak sederhana namun penuh makna, Arinal berhasil menurunkan angka kemiskinan ekstrem di Lampung, dari 12,62 persen pada 2021 menjadi 11,11 persen pada 2023.
Dedy Hermawan, seorang pengamat politik dari Universitas Lampung, menyampaikan pandangannya tentang prestasi ini dengan penuh keyakinan.
“Seorang gubernur diberi mandat untuk mengelola daerahnya menjadi lebih baik,” kata Dedy, seakan mengingatkan bahwa tugas seorang pemimpin bukan hanya untuk memerintah, tapi juga memperbaiki.
Namun, Dedy tidak hanya berbicara tentang angka. Baginya, prestasi Arinal juga terlihat dari pembangunan infrastruktur. Jalan-jalan yang kini mulus menghubungkan pelosok-pelosok Lampung, adalah wujud nyata dari visi yang dibawa mantan gubernur ini.
“Pembangunan infrastruktur jalan sudah mencapai 76 persen, ini termasuk jalan konektivitas yang sangat penting bagi transportasi hasil produksi ekonomi masyarakat,” lanjutnya.
Ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar angka-angka yang disampaikan, yakni sebuah komitmen nyata untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Pilkada 2024 mendatang, bagi Dedy, bukan sekadar panggung perebutan kekuasaan. Ini adalah arena untuk adu gagasan, tempat di mana calon pemimpin Lampung ke depan harus bisa menunjukkan ide-ide brilian yang lebih dari sekadar retorika politik.
“Momentum Pilkada harus diisi dengan gagasan dan rekam jejak kinerja, ini yang akan meningkatkan kualitas demokrasi kita,” ujarnya, dengan sebuah harapan tersirat agar masyarakat dapat memilih pemimpin yang benar-benar mampu melanjutkan jejak positif ini.
Arinal, yang kembali mencalonkan diri, tentu membawa beban besar. Ia telah menetapkan standar yang tinggi, menjadi tolok ukur bagi calon pemimpin berikutnya.
Seperti yang disampaikan Dedy, kemiskinan ekstrem masih menjadi pekerjaan rumah, sebuah tantangan yang tidak bisa diabaikan oleh siapapun yang ingin memimpin Lampung di masa depan.
Dalam pandangan Kepala Bappeda Lampung, Elvira Umihani, langkah Arinal bahkan lebih cepat daripada laju penurunan kemiskinan nasional.
“Kecepatan penurunan angka kemiskinan di Lampung lebih tinggi dari nasional,” ungkapnya.
Elvira optimis, dalam dua hingga tiga tahun ke depan, Lampung bisa melampaui target nasional dalam hal menekan angka kemiskinan ekstrem. Harapan ini, seperti halnya pembangunan infrastruktur, adalah sebuah gambaran akan masa depan yang lebih cerah bagi provinsi ini.
Pada akhirnya, yang ditawarkan oleh perdebatan politik di Pilkada mendatang adalah pilihan tentang siapa yang bisa menjaga momentum ini.
Apakah kemajuan ini akan diteruskan, atau hanya menjadi sejarah yang dilupakan? Pertanyaan itu akan dijawab oleh rakyat Lampung pada hari pemilihan nanti. (***)