PEMBARUAN.ID – Generasi anak saat ini mudah merasa kesepian dan pemurung, lebih beringas, kurang memiliki etika, mudah cemas, gugup, dan lebih impulsif. Bahkan cendrung toxic.
Hal tersebut diungkapkan H Noverisman Subing saat menggelar Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) di Pekalongan, Lampung Timur (Lamtim), Sabtu (15/04/2023).
“Sifat toxic ini tentu harus dihindari karena dapat mengganggu kenyamanan orang lain, membuat pelaku toxic dijauhi banyak orang, hingga membuat kita sulit untuk memiliki hubungan sosial yang baik,” kata pria yang akrab disapa Kanjeng itu dihadapan ratusan ibu-ibu peserta PIP.
Hal ini, lanjut Kanjeng, perlu dicari akar permasalahannya sebelum terlanjur rusak karena treatment kuratif lebih sulit daripada melakukan tindakan preventif.
“Melalui pembinaan secara dini, dari keluarga tentang ke-Pancasila-an, tentu menjadi treatment utama dalam penanaman moral Pancasila kepada anak,” ujarnya.
Kasus viral baru-baru ini, kata Kanjeng, sangat memprihatinkan kita semua. Bukan tentang kritiknya terhadap infrastruktur, tapi kata-kata kotor yang diucapkan anak usia didik di media sosial, menggambarkan bagaimana rendahnya pendidikan moral pancasila pada anak usia dini.
“Karenanya, saya berpesan kepada para ibu-ibu yang menjadi benteng pertama pendidikan moral pada anak. Tanamkanlah Ideologi Pancasila kepada anak sejak usia dini, agar anak-anak kita memahami etika dan bersikap di ruang publik,” tuturnya.
Sebab, lanjut Kanjeng, interaksi anak dengan orang tua, atau keluarga lebih banyak daripada di lingkungan luar. Disamping itu, kata dia, sosialisasi pendidikan pertama kali yang dialami anak adalah lingkungan keluarga yang dapat membentuk karakter anak.
“Kedua orang tua mempunyai kewajiban yang paling dasar dalam membentuk karakter anak, dalam arti mempunyai kewajiban menanamkan pondasi yang kuat sebelum dilepaskan ke dunianya. Keluarga adalah benteng moral yang mampu menahan pengaruh negatif globalisasi,” paparnya.
Karena itu, tambah Kanjeng, seluruh keluarga, utamanya di Lamtim harus mempunyai kesadaran untuk membentuk moral bangsa dan kembali ke fitrah sebagai institusi yang menyenangkan, tempat menaburkan dan membumikan nilai-nilai akhlakul karimah, etika, kasih sayang, dan nilai-nilai Pancasila.
“Citra bangsa tidak muncul dengan
sendirinya tetapi dibangun dari
masyarakatnya sendiri. Kesadaran keluarga dalam membangun moral sangatlah urgen, bukan hanya sekadar mempunyai anak dan
tidak mengasuhnya dengan benar, sehingga akan menjadi beban masyarakat yang akhirnya juga menjadi beban negara. Oleh karena perlu ditanamkan sejak dini tentang
pendidikan moral Pancasila,” pungkasnya. (tim/red)