Scroll untuk baca artikel
AgamaLifestyleParenting

Syukuran Aqiqah Anak Baru Lahir: Apakah Boleh Dipestakan?

×

Syukuran Aqiqah Anak Baru Lahir: Apakah Boleh Dipestakan?

Share this article

 

Menyambut kelahiran anak adalah momen yang sangat dinantikan oleh setiap orang tua. Dalam tradisi Islam, salah satu cara untuk merayakan kelahiran anak adalah dengan mengadakan aqiqah anak. Aqiqah merupakan bentuk syukur kepada Allah atas kelahiran anak, yang biasanya dilakukan dengan menyembelih kambing dan membagikan dagingnya kepada keluarga, kerabat, dan fakir miskin. Namun, banyak yang bertanya, apakah syukuran aqiqah anak boleh dipestakan? Mari kita ulas lebih dalam mengenai tradisi ini.

Apa Itu Aqiqah?

Aqiqah adalah bentuk ibadah yang disyariatkan dalam Islam sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahiran anak. Tradisi ini dilakukan dengan menyembelih kambing, di mana untuk anak laki-laki disembelih dua ekor kambing, sementara untuk anak perempuan satu ekor kambing. Dalam hadis disebutkan bahwa aqiqah dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran anak, disertai dengan pemberian nama kepada anak dan mencukur rambutnya.

Aqiqah juga merupakan bentuk ibadah sosial, di mana daging kambing yang disembelih dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Oleh karena itu, aqiqah memiliki makna ganda, yakni sebagai bentuk ketaatan kepada Allah sekaligus bentuk kepedulian sosial terhadap sesama.

Bolehkah Aqiqah Dipestakan?

Pertanyaan yang sering muncul di masyarakat adalah apakah aqiqah boleh dijadikan sebagai sebuah pesta? Jawabannya tergantung pada bagaimana pesta tersebut diartikan. Dalam pandangan Islam, aqiqah memang dianjurkan untuk dirayakan bersama keluarga, kerabat, dan tetangga sebagai bentuk rasa syukur. Namun, yang perlu diperhatikan adalah esensi dari aqiqah itu sendiri, yaitu ibadah dan syukur kepada Allah.

Batasan dalam Merayakan Aqiqah

Meskipun diperbolehkan untuk mengadakan acara syukuran atau berkumpul bersama dalam perayaan aqiqah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tetap sesuai dengan ajaran Islam:

  1. Kesederhanaan: Aqiqah tidak seharusnya dilakukan dengan cara yang berlebihan atau memaksakan diri. Merayakan dengan sederhana, sesuai kemampuan, adalah yang paling utama.
  2. Tidak Membebani Finansial: Aqiqah tidak boleh menjadi beban finansial bagi keluarga. Jika kondisi ekonomi tidak memungkinkan, tidak ada kewajiban untuk mengadakan acara besar-besaran. Inti dari aqiqah adalah niat syukur dan ibadah, bukan ukuran acara.
  3. Mengutamakan Sedekah: Aqiqah sebaiknya lebih berfokus pada berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Membagikan daging kambing kepada orang yang membutuhkan adalah bagian penting dari aqiqah, lebih dari sekadar perayaan.

Makna Syukuran dalam Aqiqah

Dalam setiap ibadah, termasuk aqiqah, terdapat nilai syukur yang sangat ditekankan. Syukuran aqiqah adalah bentuk ungkapan terima kasih kepada Allah atas anugerah berupa kelahiran anak. Dengan berbagi kebahagiaan bersama keluarga dan masyarakat, aqiqah menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi sekaligus menebarkan kebaikan kepada sesama.

Esensi dari Syukuran Aqiqah

Syukuran aqiqah tidak harus mewah. Yang lebih penting adalah esensi dari syukuran itu sendiri, yaitu niat tulus untuk beribadah dan bersyukur. Dalam Islam, bersyukur adalah salah satu perbuatan yang sangat dianjurkan, karena syukur akan mendatangkan berkah. Dalam hal aqiqah, bentuk syukur tersebut diwujudkan dengan menyembelih hewan dan berbagi dengan orang lain.

Syukuran ini juga memberikan kesempatan bagi keluarga dan kerabat untuk turut serta dalam kebahagiaan yang dirasakan oleh orang tua. Dengan adanya pertemuan dan silaturahmi, hubungan kekeluargaan semakin erat, dan ini juga merupakan nilai yang sangat dijunjung dalam ajaran Islam.

Kapan Waktu yang Tepat untuk Aqiqah?

Secara umum, aqiqah dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran anak, sebagaimana disebutkan dalam hadis. Namun, jika tidak memungkinkan pada hari ketujuh, aqiqah tetap boleh dilakukan di hari-hari berikutnya, misalnya pada hari ke-14, hari ke-21, atau kapan saja sesuai kemampuan keluarga.

Beberapa ulama juga berpendapat bahwa aqiqah boleh dilakukan hingga anak mencapai usia baligh jika orang tua belum sempat melaksanakannya karena keterbatasan finansial. Hal ini menunjukkan bahwa Islam memberikan kelonggaran bagi umatnya dalam hal pelaksanaan aqiqah, asalkan niat syukur dan ibadah tetap terjaga.

Aqiqah di Era Modern: Perlukah Menyesuaikan?

Di era modern seperti sekarang, tradisi aqiqah juga mengalami perkembangan. Banyak keluarga yang memilih untuk menggunakan jasa layanan aqiqah yang menyediakan paket lengkap, mulai dari penyembelihan hewan, pengolahan daging, hingga distribusi kepada yang membutuhkan. Hal ini tentu memudahkan keluarga, terutama bagi mereka yang memiliki kesibukan dan keterbatasan waktu.

Namun, yang perlu diperhatikan adalah agar esensi dari aqiqah tetap terjaga. Meskipun menggunakan jasa layanan, niat syukur, ibadah, dan berbagi tetap harus menjadi prioritas utama. Jangan sampai aqiqah hanya menjadi formalitas tanpa adanya makna yang mendalam.

Kesimpulan: Bolehkah Aqiqah Dipestakan?

Dalam Islam, aqiqah merupakan ibadah yang disyariatkan sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran anak. Aqiqah boleh dirayakan dengan mengadakan acara syukuran bersama keluarga, kerabat, dan tetangga, namun tetap dalam batas kesederhanaan dan tidak berlebihan. Yang terpenting adalah niat tulus untuk beribadah dan berbagi kebahagiaan dengan orang-orang yang membutuhkan.

Bagi Anda yang akan melaksanakan aqiqah anak, pertimbangkan untuk menjadikan momen ini sebagai ajang berbagi, mempererat silaturahmi, dan menebar kebaikan. Apakah aqiqah boleh dipestakan? Ya, asalkan tetap dalam koridor ajaran Islam, yaitu kesederhanaan, syukur, dan berbagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *