list
Facebook
Twitter
WhatsApp

BERAWAL dari typo di Baliho Kongres Luar Biasa (KLB) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), lahir sebuah kutipan yang menarik. Sebuah kesalahan kecil yang membuka pintu diskusi besar tentang integritas dan tanggung jawab dalam dunia jurnalistik.

Marah Sakti Seregar, seorang tokoh pers nasional yang dikenal tegas, dengan penuh semangat menyampaikan pesan penting dalam sambutannya sebagai Ketua Pelaksana KLB di Grand Paragon Hotel, Jakarta.

Di baliho tersebut tertulis Menegakan Integritas Wartawan. Jelas maksudnya adalah menegakkan. Kesalahan penulisan membuat maknanya berubah menjadi (Me-Nega-Kan).

“Memang kita harus tega dalam penegakan aturan terhadap teman yang bersalah,” tegasnya.

Kalimat ini menyentuh inti permasalahan yang sering diabaikan: keberanian untuk menegakkan aturan tanpa pandang bulu, bahkan jika itu berarti harus bersikap tegas terhadap rekan sendiri.

Sambutan Marah Sakti Seregar tidak hanya mengundang tepuk tangan, tetapi juga refleksi mendalam. Bagaimana kita, sebagai jurnalis, dapat menjaga kredibilitas dan profesionalisme jika tidak berani menegakkan kebenaran di tengah kesalahan, bahkan ketika kesalahan itu datang dari orang terdekat? KLB ini menjadi ajang pembuktian bahwa integritas adalah harga mati dalam profesi jurnalistik.

Di balik gemerlap acara dan keseriusan diskusi, tersirat pesan kuat yang disampaikan dengan lugas oleh Marah Sakti Seregar. Di hadapan para wartawan yang hadir, ia menegaskan bahwa pers harus berani menghadapi kenyataan, seberapa pun pahitnya.

“Kita harus mampu melihat lebih jauh dari sekadar hubungan pertemanan, karena pada akhirnya, kebenaran adalah yang utama”.

Kutipan tersebut bukan hanya sebuah kalimat, tetapi menjadi cermin bagi setiap jurnalis untuk berkaca dan mengukur sejauh mana mereka siap untuk bersikap profesional dan adil.

Marah Sakti Seregar, dengan keberaniannya, mengingatkan kita bahwa menjadi wartawan bukan hanya tentang menulis berita, tetapi juga tentang menjaga marwah profesi di tengah godaan dan tekanan.

Dengan semangat KLB yang membara, para wartawan diharapkan mampu membawa pulang pesan tersebut dan menerapkannya dalam setiap langkah mereka. Sebuah pesan sederhana namun mendalam: Tegaslah pada teman yang bersalah, karena itulah jalan menuju pers yang lebih kuat dan terpercaya.

Di sisi lain, dalam sebuah percakapan yang penuh keprihatinan, Dr. Iskandar Zulkarnain, Ketua Dewan Kehormatan PWI Lampung, menyampaikan pandangannya yang tajam.

“Dalam sejarah baru kali ini sejak PWI berdiri 1946, nasib organisasi harus ber-KLB. Jangan wariskan ke generasi selanjutnya,” ujarnya dengan nada serius.

Pernyataan Dr. Iskandar Zulkarnain ini bukan tanpa alasan. Di tengah dinamika yang semakin kompleks, PWI menghadapi tantangan yang memerlukan tindakan tegas dan cepat.

Sebagai organisasi yang telah lama berdiri, menjaga stabilitas dan integritas adalah hal yang mutlak. Namun, situasi kali ini memaksa PWI untuk mengambil langkah luar biasa dengan menggelar Kongres Luar Biasa, sebuah langkah yang belum pernah terjadi dalam sejarah panjangnya.

“Kita harus belajar dari kesalahan ini dan memastikan bahwa generasi mendatang tidak perlu menghadapi situasi serupa”.

Pernyataan ini menggugah kesadaran banyak pihak bahwa organisasi sebesar PWI memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keberlanjutan dan reputasi yang telah dibangun selama puluhan tahun.

KLB PWI kali ini bukan sekadar acara, tetapi sebuah momen refleksi untuk seluruh anggota. Dr. Iskandar Zulkarnain mengajak semua pihak untuk merenungkan akar permasalahan dan bekerja bersama mencari solusi yang berkelanjutan. Ini adalah tugas berat, tetapi juga sebuah kesempatan untuk memperkuat fondasi organisasi.

Pesan kuat dari Dr. Iskandar Zulkarnain adalah pengingat bagi semua, bahwa sejarah dan masa depan PWI berada di tangan setiap anggotanya.

Menyelesaikan masalah internal dengan bijaksana dan memastikan tidak ada lagi KLB di masa mendatang adalah cita-cita yang harus diwujudkan.

Kita harus menjaga organisasi ini dengan sebaik-baiknya, bukan hanya untuk kita, tetapi juga untuk mereka yang akan datang setelah kita. Ini tentu pesan yang monumental, yang harus disimpan baik-baik dalam kepala setiap anggota.

Dengan semangat dan komitmen bersama, PWI diharapkan dapat keluar dari krisis ini lebih kuat dan lebih solid, siap menghadapi tantangan di masa depan dengan integritas yang tidak tergoyahkan.

Wallahualam

*) catatan kecil KLB PWI

Leave a Comment

Berita Terkait