PEMBARUAN.ID – Komunitas Berkat Yakin (Kober) menggelar festival bahasa Lampung pertama di dunia. Acara yang berlangsung dari 22 hingga 28 Juli di Taman Budaya (Tambud) Lampung ini menjadi momen bersejarah.
Kepala Program Festival Seni Bahasa Lampung, Alexander GB dalam konferensi persnya menegaskan, ini adalah festival bahasa Lampung pertama, tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia.
“Kami mendapat dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui dana hibah dari Dana Indonesia,” ujarnya.
Festival ini bertujuan untuk merevitalisasi bahasa Lampung yang terancam punah dan menjadikan Taman Budaya sebagai ruang publik yang inklusif.
“Kondisi bahasa Lampung sangat mengkhawatirkan. Jika tidak ada tindakan, dalam 35 tahun ke depan, bahasa ini bisa punah,” kata Alexander, Senin (15/07/2024).
Alexander mengidentifikasi beberapa penyebab utama di balik terancamnya bahasa Lampung, mulai dari minimnya perhatian pemerintah hingga kurangnya partisipasi masyarakat.
“Tidak ada Peraturan Daerah (Perda) yang mendorong pemajuan bahasa Lampung. Di pendidikan formal, bahasa Lampung kurang mendapatkan tempat, dengan jumlah guru yang terbatas dan hanya satu jurusan di Universitas Lampung (Unila),” jelasnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa Lampung juga jarang digunakan.
“Masyarakat lebih nyaman menggunakan bahasa lain karena menganggap bahasa Lampung tidak gaul dan kampungan,” tambahnya.
Kober yakin bahwa seni bisa menjadi alat efektif untuk melestarikan bahasa Lampung.
“Melalui seni, bahasa tidak hanya dihafal, tetapi juga dipraktekkan,” kata Alexander.
Festival ini, lanjut dia, menargetkan semua kalangan, terutama generasi muda.
“Kami ingin menumbuhkan kesadaran menjaga bahasa Lampung sejak dini, sehingga dapat mengantisipasi kepunahan,” ujarnya.
Alexander berharap festival ini menjadi pemicu gerakan kultural untuk merawat dan melestarikan bahasa Lampung.
“Kami berharap ada kebijakan progresif dari pemerintah, baik melalui Perda maupun ruang di pendidikan formal,” tambahnya.
Festival ini mencakup berbagai acara, seperti pameran puisi bahasa Lampung, pementasan teater, seminar bahasa Lampung, dan penampilan musik klasik Lampung.
“Semua kegiatan menggunakan bahasa Lampung, dengan beberapa karya yang diadaptasi dan karya asli Lampung yang diangkat kembali,” pungkasnya. (sandika)