PEMBARUAN.ID – Relawan Muda Khaidir Bujung (Rembug) yakni tim pemenangan Calon DPD RI asal Lampung, Khaidir Bujung meragukan legitimasi Pemilu 2024.
Hal tersebut ditegaskan Koordinator Rembug, Ahmad Mufid kepada pembaruan.id, Jumat (15/02/2024).
Menurut pria yang akrab disapa Bemol itu, pihaknya banyak menemukan dugaan kecurangan dalam Pemilu 2024 secara menyeluruh. Tidak hanya di Pilpres, kecurangan juga terjadi Pileg dan Pemilihan DPD RI.
Di Lampung Tengah, kata Bemol, seorang caleg menemukan suaranya berpindah ke caleg lain separtai.
“Di di TPS 19 Kelurahan Way Kandis, Tanjung Senang, Bandarlampung, pemungutan suara sempat dihentikan, lantaran ditemukan surat suara sudah tercoblos,” kata dia.
Tidak hanya itu, lanjut dia, tim Rembug menemukan banyak dugaan kecurangan pada sitem rekapitulasi (Sirekap) dan di C1 Plano.
“Kami menemukan penggelembungan suara signifikan pada rekapitulasi suara di C1 Plano dan Sirekap. Seperti TPS 3, Pesawaran Indah, Kedondong, Pesawaran kami temukan jumlah rekap C1 tidak sesuai dengan jumlah surat suara tercoblos,” jelas dia.
Tim Rembug, tambah Bemol, menemukan suara calon DPD RI nomor urut 7 yang hanya memperoleh 3 suara, tapi di C1 Plano ditulis 33 dan calon DPD RI nomor urut 8 hanya memperoleh suara 8, tapi ditulis di C1 Plano 88.
Tidak hanya itu, di Bumi Waras, Bandarlampung pihaknya menemukan hal yang sama pada calon DPD RI nomor urut 3 yang hanya memperoleh 8 suara, tapi di C1 Plano di tulis 814 suara.
“Ini kejahatan. Bagaimana suara rakyat dipermainkan. Tentu ini tidak bisa dibiarkan,” tegasnya.
Bemol juga menyoroti dugaan kecurangan alat bantu penghitungan suara hasil pemilu Sirekap khususnya memotret dokumen C1 Plano.
Menurut dia, Sirekap berbeda dengan Sistem Informasi Partai Politik (Sipol) dan Sistem Informasi Pencalonan (Silon) yang kegunaannya berada di input, bukan output. Dalam proses input, kata Kaka, jika terjadi ketakbenaran maka masih bisa dipahami masyarakat dan ada perbaikan.
“Tapi kalau terjadi apa-apa pada Sirekap maka bisa berakibat sangat fatal. Apalagi ada dugaan penutupan. Ini masalah. Siapa orang di balik Sirekap,” jelas dia.
Ia juga mengamati soal dokumen elektronik yang digunakan sebagai keperluan publikasi dan alat bantu penghitungan suara. Ia khawatir keabsahan publikasi itu nantinya.
“Sejauh mana publikasi ini benar. Versi Sirekap kalau saya perhatikan ada sistem koreksi belum lagi yang salah baca,” ujarnya.
Sementara, Calon DPD RI nomor urut 13, Khaidir Bujung memastikan dirinya akan terus berjuang untuk menyelamatkan suara rakyat.
“Ini bukan soal menang kalah, tapi soal suara rakyat yang dipermainkan. Saya meyakini perjuangan yang saya lakukan tidak sia sia. Saya tidak percaya bisa kalah dengan calon lain yang tak pernah turun ke lapangan, sementara saya hampir setiap hari berada di lapangan untuk sosialisasi,” kata dia.
Dirinya mensinyalir ada kecurangan terstruktur yang dilakukan penyelenggara. Sebagian bisa dibuktikan oleh timnya.
Di TPS 11, Kalirejo, Lampung Tengah, tambah Bujung, pihaknya menemukan input Sirekap yang mengembung hampir diseluruh calon yang angkanya fantastik, yakni rata-rata 800 suara lebih setiap calon kecuali calon nkmor urut 1 yang hanya 62 suara dan calin nomor urut 5 hanya 2 suara.
“Karenanya saya mengajak seluruh calon DPD RI yang merasa dirugikan ikut bersuara terkait kecurangan ini,” tegas dia. (***)