Scroll untuk baca artikel
iklan
POLITIKSOSOK

Ardito dan Dawam: Satu Nasab, Beda Nasib

×

Ardito dan Dawam: Satu Nasab, Beda Nasib

Share this article

PEMBARUAN.ID – Dua nama mencuat dalam perhelatan Pilkada di Provinsi Lampung: Ardito Wijaya dan Dawam Rahardjo. Keduanya berbagi jejak politik serupa—diusung PDIP tanpa restu partai asal mereka, PKB.

Namun, meskipun satu nasab politik, hasil akhir menunjukkan nasib yang berbeda. Ardito berjaya di Lampung Tengah, sementara Dawam tertinggal jauh di Lampung Timur.

Hasil quick count menempatkan pasangan Ardito Wijaya dan I Komang Koheri sebagai pemenang di Lampung Tengah, unggul dengan 64,49 persen suara atas pasangan Musa Ahmad dan Ahsan yang hanya memperoleh 35,51 persen.

Tanpa restu PKB yang dipimpinnya, kemenangan Ardito membuktikan bahwa kekuatan akar rumput, konsolidasi sosial, dan strategi kampanye yang matang dapat menjadi penentu.

Menurut pengamat politik Universitas Lampung, Dermawan Purba, relasi sosial Ardito yang masih kuat dengan massa NU dan PKB di Lampung Tengah menjadi faktor kunci.

“Meski secara formal PKB tidak mendukung, jaringan sosial dan modal politik Ardito di kalangan NU tetap solid,” ungkapnya.

Selain itu, kampanye yang masif melalui berbagai media, intensitas relawan yang tinggi, serta simpati terhadap sosok Ardito sebagai mantan wakil bupati turut memperkuat elektabilitasnya.

Bahkan, persoalan domestik yang melibatkan rivalnya, Musa Ahmad, memberi keuntungan tersendiri bagi pasangan Ardito-Komang.

Kekalahan Dawam di Lampung Timur

Berbeda nasib dialami Dawam Rahardjo dan pasangannya, Ketut Erawan, di Lampung Timur. Pasangan ini harus puas dengan perolehan suara 35,16 persen, jauh di bawah pasangan Ela Siti Nuryamah dan Azwar Hadi yang meraih 64,84 persen suara.

Bendi Juantara, pengamat politik Universitas Lampung, menilai kekalahan ini salah satunya dipengaruhi oleh keputusan strategis Dawam merapat ke PDIP. Langkah ini dianggap tidak mewakili aspirasi basis loyal NU dan PKB di Lampung Timur.

“Pemilih tradisional NU dan PKB cenderung melihat langkah Dawam sebagai sesuatu yang bertentangan dengan identitas mereka,” ujarnya.

Selain itu, pasangan Ela-Azwar berhasil mengoptimalkan dukungan dari mayoritas partai parlemen, termasuk mesin politik PKB yang solid. Konsolidasi dengan pasangan Pilgub Mirza-Jihan semakin memperkuat posisi mereka di Lampung Timur.

Politik Lokal: Antara Relasi Sosial dan Dukungan Partai
Ardito dan Dawam, meski memiliki kesamaan garis politik, menunjukkan bagaimana konteks lokal memainkan peran penting dalam hasil akhir Pilkada.

Di Lampung Tengah, hubungan baik Ardito dengan basis NU dan PKB, meski tanpa dukungan resmi, mampu membawa kemenangan. Sebaliknya, di Lampung Timur, kehilangan dukungan akar rumput menjadi bumerang bagi Dawam.

“Ardito dan Dawam adalah gambaran bagaimana nasab politik yang sama tak menjamin hasil serupa,” ujar Dermawan.

Fenomena ini sekaligus menegaskan bahwa dalam politik lokal, lebih dari sekadar jumlah kursi, relasi personal dan strategi kampanye yang tepat menjadi penentu utama.

Kemenangan Ardito di Lampung Tengah dan kekalahan Dawam di Lampung Timur adalah pengingat bahwa meskipun satu nasab, dinamika politik sering kali menciptakan beda nasib. Pilkada kali ini menyajikan pelajaran penting: politik adalah seni membaca situasi dan memahami kebutuhan rakyat di setiap daerah. (sandika)


Berlangganan berita gratis di Google News klik disini
Ikuti juga saluran kami di Whatsapp klik disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *