Ketum PB PMII Hadir di Sarasehan Nasional
PEMBARUAN.ID – Dalam ruangan yang hangat dan penuh semangat, Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII), Sofiyullah Cokro, hadir di tengah-tengah kader dan pengurus PC PMII Lampung Utara, Minggu (27/10/2024).
Kali ini, bukan seremonial pelantikan yang menarik perhatiannya, melainkan agenda yang berakar kuat pada nilai-nilai keilmuan dan kebersamaan—sebuah sarasehan nasional dan perkaderan formal (PKL) yang terasa lebih bermakna, dengan dimoderatori langsung Ketua PKC PMII Lampung.
“Saya lebih senang dengan kegiatan seperti ini daripada acara seremonial,” ucapnya penuh antusias.
Rasa syukurnya tak terhingga pada seluruh kader dan pengurus PMII yang menyambutnya dengan tangan terbuka, memberi ruang untuk diskusi dan refleksi.
Baginya, menjadi bagian dari PMII bukan sekadar status, tetapi jalan aktualisasi diri, sebuah persiapan menuju jenjang karir dan peran sosial yang lebih luas.
Tak jauh dari Sofiyullah, Mabincab PC PMII Lampung Utara, Anom Saoni dengan pandangan serius mengutarakan kegelisahan yang sama.
“Kita sering kali kesulitan mendorong kader untuk menempati posisi strategis, padahal jumlah kita besar,” ujarnya.
Dia menyayangkan meskipun banyak kader berkumpul di pengajian, hanya sedikit yang terlibat aktif saat momentum penting seperti pemilihan. Sebuah ironi dari potensi besar yang belum teraktualisasi secara penuh.
Di barisan susunan meja bundar diskusi paralel, Ketua IKA PMII Lampung Utara, Herman Ali dan sejumlah alumni lainnya, seperti Wawansyah, Ferial Darma, Mukoddas, Aristama dan alumni lainnya. Arif Suhaimi dan Ariyadi Ahmad usai menyampaikan materi di PKL juga ikut menyimak sarasehan dengan seksama.
Sorotan berbeda datang dari alumni PMII Lampung, Arif Suhaimi. Baginya, PMII perlu terus konsisten pada wacana kritis transformatif yang relevan dengan perkembangan zaman.
Tak hanya itu, Arif, yang kini berkecimpung di dunia advokasi hukum, mengusulkan agar PB PMII merumuskan kurikulum perkaderan yang lebih sesuai dengan kebutuhan generasi saat ini. Ia berharap kurikulum ini dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan dan teknis yang jelas dan relevan.
Arif juga menekankan pentingnya membentuk tim paralegal di bawah PB PMII.
“Ini bukan hanya untuk mengadvokasi kader, tapi juga untuk memperluas fungsi PMII sebagai garda terdepan dalam membela hak-hak masyarakat,” ungkapnya.
Saran ini disambut hangat oleh hadirin yang hadir, seolah menggarisbawahi komitmen bersama untuk memperkuat gerakan dalam segala aspek.
Di tengah refleksi dan harapan, suasana sarasehan ini mengingatkan bahwa PMII bukan sekadar organisasi. Di sini, cita-cita para kader menemukan arah dan makna, bukan hanya untuk memperkuat diri, tetapi juga memberi kontribusi nyata bagi perubahan di masa depan. (red)