PEMBARUAN.ID – Sore di Taman Budaya Lampung menyambut penutupan Pameran Sastra dan Panggung Karya yang dihelat oleh Komunitas Pemuda Mahasiswa Lampung (KPML). Setelah empat hari yang penuh dengan karya seni dan sastra, akhirnya acara itu resmi ditutup, Minggu (29/09/2024).
Tak sekadar pameran, gelaran ini menjadi panggung bagi ide-ide kreatif yang dituangkan dalam bentuk puisi, lukisan, hingga kutipan-kutipan yang ditempel di dinding Gedung Pameran Taman Budaya Lampung.
“Semua karya ini adalah hasil tangan mahasiswa-mahasiswi yang tergabung dalam KPML,” jelas Anggi Farhan, salah satu panitia acara dengan penuh kebanggaan.
Namun, tak hanya soal karya, diskusi publik yang diselenggarakan di penghujung acara seolah menjadi puncak dari segala kegemilangan. Gilang Ramadhan, CEO Gemilang, tampil membuka diskusi dengan sentuhan yang menggugah.
“Sebagai organisasi kepemudaan, Gemilang selalu siap mendukung setiap kegiatan positif dari generasi muda,” ujar Gilang, menyiratkan harapan besar pada peran anak muda dalam membangun peradaban melalui seni.
Tak berhenti di situ. Gilang melanjutkan, di era digital ini, seni kreatif, terutama sastra, butuh ruang yang bisa beradaptasi dengan zaman.
“Media sosial memang telah membuka jalan, tetapi yang diperlukan sekarang adalah metodologi yang tepat agar karya-karya berkualitas bisa lahir dan diterima oleh pasar,” tegasnya.
Diskusi semakin hangat dengan kehadiran dua sosok penting, sastrawan kenamaan Lampung, Isbedy Stiawan ZS, dan musisi Lampung, Tommy Yordan, yang juga pendiri Gemilang.
Tommy, dengan bahasa yang lugas, menggarisbawahi pentingnya ide kreatif dalam setiap kerja seni.
“Ke depan, dengan organisasi yang saling mendukung, Lampung yang kaya akan talenta seni ini, semoga bisa melahirkan seniman-seniman besar,” ujar Tommy, penuh optimisme.
Sementara itu, Isbedy Stiawan ZS, yang kerap dijuluki ‘Paus Sastra Lampung’, memberi perspektif lain.
“Seni bukan sekadar estetika, tapi juga kekuatan untuk menerima perubahan yang tak terelakkan dalam hidup ini,” katanya, menggugah peserta untuk merenungi hubungan antara seni dan kehidupan.
Ia pun mengajak para pemuda untuk menjadikan seni budaya sebagai benteng di tengah derasnya arus teknologi.
“Kalau kita tak bisa menghindar dari teknologi, maka kuatkan diri kita dengan seni budaya sebagai filter,” pesannya dengan dalam.
Diskusi itu dihadiri sekitar 150 peserta, yang sebagian besar adalah anak muda Lampung. Suasana semakin semarak dengan adanya doorprize bagi peserta yang aktif bertanya dan telah mem-follow akun Instagram Gemilang.
Anggi Farhan, yang bertindak sebagai moderator, menyampaikan rasa puasnya atas terselenggaranya acara tersebut.
“Antusiasme pengunjung ini membuktikan bahwa Gemilang dan KPML sudah dikenal luas oleh generasi muda Lampung. Ke depan, kolaborasi harus lebih besar lagi,” ujarnya dengan senyum bangga.
Senada dengan itu, Fitri Angraini, Pengarah KPML, juga mengapresiasi kerja sama yang telah terjalin.
“Ini adalah langkah awal yang baik. Ke depan, kolaborasi harus lebih intens dan lebih bermakna lagi,” katanya, berharap agar sinergi antara Gemilang dan KPML bisa terus berlanjut.
Di akhir acara, tak hanya penutupan yang terasa megah, tetapi juga semangat yang terus menyala di benak setiap orang yang hadir. Seni, sastra, dan kolaborasi antar pemuda seolah menjadi jembatan menuju masa depan yang lebih cerah. (***)