PEMBARUAN.ID – Langit Tanjung Bintang, sore itu, seakan merestui langkah-langkah sederhana yang terpancang di Kebun Kedaton. Rasa syukur yang melimpah dari hati mereka yang hadir, seperti terhembus angin di bawah langit kelabu.
Di sebuah halaman kantor kebun, tanpa hiasan mewah, para pemimpin PTPN I Regional 7 menggelar syukuran, bersama tawa, harap, dan doa. Di antara para pejabat, para pekerja, dan masyarakat sekitar, hadir juga seratus anak yatim dan dhuafa, mengingatkan kita bahwa kebahagiaan adalah sederhana, hanya perlu berbagi untuk merasakannya lebih dalam.
Tuhu Bangun, sang Region Head, berdiri dengan aura seorang pemimpin yang lebih banyak bicara lewat tindakan daripada kata-kata. Ia menyuarakan satu permintaan kepada seluruh jajaran Kebun Kedaton: gas pol!
“Sekarang momen emas untuk karet kita. Setelah tanaman melewati masa gugur, kini harga sedang bagus. Jadi jangan setengah-setengah,” katanya, seakan tak ada ruang untuk ragu.
Tema acara hari itu adalah “Satukan Pikiran, Satukan Hati, Satukan Langkah, dan Fokus pada Tujuan.” Barangkali terdengar biasa di telinga, tapi di hati setiap yang hadir, tema itu menguatkan ikatan. Tak ada yang lebih penting daripada satu tujuan bersama: tumbuh, berproses, dan bekerja sekuat tenaga.
Yesy Plofesi, sang Manajer Kebun Kedaton, menambahkan dengan penuh syukur. Ia bercerita tentang bagaimana kerja keras mereka membuahkan penghargaan di ajang PTPN Award 2024. Mata Yesy berbinar, bukan karena piala, tetapi karena kemenangan bersama, sesuatu yang lebih dari sekadar prestasi; ini adalah hasil dari hati dan keringat yang menyatu.
Di tengah rasa syukur, manajemen Kebun Kedaton memberi penghargaan kepada mereka yang bekerja di balik layar: para penyadap, mandor sadap, karyawan pabrik, dan asisten. Sebuah penghargaan untuk orang-orang yang mungkin tak selalu terlihat, namun selalu memberi nyawa bagi kebun ini.
Tuhu melanjutkan dengan pesan bagi para stakeholder. “Kami bukan sekadar perusahaan yang mengejar untung. Kami adalah bagian dari jalan panjang pembangunan negeri ini. Terima kasih atas dukungan Camat, Danramil, Kapolsek, dan semua yang ikut menjaga kebun ini.” Pesan itu begitu tulus, seperti seutas tali yang mengikat kepercayaan dan saling menjaga.
Danramil Tanjung Bintang, Kapten Infanteri Tarekat, juga menyampaikan pandangannya. Ia mengingatkan betapa kehadiran PTPN adalah nadi bagi ekonomi sekitar. Jika PTPN bertumbuh, masyarakat pun ikut bergairah, seperti ranting yang kembali hijau setelah musim gugur panjang. “PTPN ini nyata dampaknya, berpengaruh besar bagi warga,” kata Tarekat.
Hujan sempat turun deras, seakan ingin menjadi bagian dari cerita hari itu. Namun, tak satu pun anak yatim atau dhuafa yang bergeser dari tempat duduk mereka. Mereka bertahan di bawah tenda, bersama para tamu undangan, menyaksikan kebersamaan yang tak luntur meski langit menangis.
Ustaz Irfan Tadjusalatin, yang turut memberikan tausiah, mengingatkan arti syukur dalam hidup yang sementara ini. Di bawah rintik hujan yang mendinginkan hati, ia berbicara tentang keikhlasan, tentang merayakan hal-hal kecil yang sering kita lupakan.
Seperti senyum yang hadir di wajah-wajah muda yang tengah berjuang, atau sapaan hangat dari seorang teman yang mengingatkan kita bahwa dalam hidup ini, keberkahan selalu ada di balik rasa syukur yang tulus. (***)