logo pembaruan
list

Drama Wulan dan Aris

Facebook
Twitter
WhatsApp

DALAM kontestasi politik, aturan menjadi fondasi yang seharusnya tidak bisa diabaikan. Namun, pasangan Dawam-Ketut seolah melewatkan hal tersebut dalam pencalonan di Pilkada Lamtim.

Apa yang terjadi sebenarnya? Di satu sisi, aturan menyatakan bahwa setiap perubahan dukungan partai politik harus melalui prosedur yang ketat. Persetujuan koalisi pendukung menjadi keharusan dalam setiap langkah pencalonan, termasuk dalam sistem administrasi Silon (Sistem Informasi Pencalonan).

Namun, apa yang terselubung di balik aturan ini tampaknya lebih dari sekadar teknis.

Ketika nama Wulan dan Aris, staf DPC PKB Lamtim, muncul dalam percakapan viral yang menyinggung pencabutan dukungan PDI Perjuangan dari paslon Ela-Azwar, tudingan langsung diarahkan pada mereka.

Apakah admin Silon bisa bertindak atas inisiatif sendiri? Tentu tidak. Sebagai bagian dari mekanisme administratif, mereka hanya menjalankan keputusan yang datang dari atas.

Tapi, kenapa nama mereka justru yang terlempar ke dalam pusaran politik ini?

Wulan dan Aris sedang mengawal pimpinan partai, yang saat ini sedang menghadiri bimbingan teknis di Bandarlampung, semakin menunjukkan bahwa kendali ada di tangan elite, bukan staf teknis.

Mereka sekadar pengelola data, sementara keputusan strategis diambil jauh di luar jangkauan mereka. Pertanyaan berikutnya: Apakah polemik ini bagian dari manuver untuk mengalihkan perhatian dari isu yang lebih krusial?

Percakapan yang viral di media sosial menambah bumbu drama politik ini. Salah satu petinggi PKB Lampung yang enggan namanya di publikasi, menyesalkan penyebutan nama pimpinan partainya dalam percakapan tersebut.

Sejauh mana keterlibatan pimpinan dalam dinamika ini? Apakah benar mereka tidak mengetahui permintaan pencabutan dukungan ini, atau justru ini indikasi dari retaknya soliditas koalisi?

Kerja admin Silon, yang dikaitkan dengan upaya menggagalkan pencalonan Dawam, pada dasarnya berada di luar lingkup tugas mereka. KPU lah yang memiliki wewenang penuh atas validitas pencalonan.

Tetapi, lagi-lagi pertanyaan muncul, apakah ini hanya soal teknis dan aturan, atau ada kekuatan tersembunyi yang sedang memainkan peran besar di balik layar?

Pada akhirnya, kita harus kembali menyadari bahwa politik sering kali jauh lebih kompleks daripada yang terlihat di permukaan.

Viralnya percakapan seorang ibu, yang belakangan diketahui adalah ibu dari salah satu admin Silon dari Paslon Ela-Azwar cukup menyita perhatian. Meski pun tidak ada kewenangan admin Silon dalam pencabutan dukungan.

Semua kembali pada paslon itu sendiri, sejauh mana langkah diplomasi dan lobi-lobi politik dilakukan dalam upaya memenuhi syarakat pencalonan.

Wallahualam

Leave a Comment

Berita Terkait

Copyright © pembaruan.id
All right reserved

iklan pembaruan.id