IRONIS. Saya pun sampai meringis.
Ya, tak perlu merugikan negara untuk bisa dipenjara. Buktinya, merugikan bandar judi pun bisa membuat seseorang ditangkap.
Itulah yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Lima orang—RDS, NF, EN, DA, dan PA—ditangkap aparat. Mereka bukan bandar.
Mereka justru merugikan bandar.
Polisi menyebut, penangkapan berawal dari laporan warga. Informasinya datang dari masyarakat yang melihat aktivitas mencurigakan.
Aparat lalu bergerak, menggerebek sebuah rumah kontrakan di Banguntapan, Bantul.
Di sana, empat operator dan satu koordinator mengakali sistem judi online.
Caranya, memanfaatkan celah promo untuk pengguna baru. Dengan banyak akun, deposit mereka bertambah, tanpa harus keluar modal besar.
Strategi itu membuat mereka menang melawan sistem. Bukan untuk memberantas judi, tapi untuk menguras uang bandar.
Ironisnya, justru di situlah masalahnya.
Pertanyaannya, kalau merugikan bandar bisa membuat orang diborgol. Siapa sebenarnya yang sedang dilindungi?
Logika ini melompat-lompat.
Bukan soal siapa yang melapor.
Tapi mengapa penegakan hukum terasa seperti jumpling compilation—dari satu alasan ke alasan lain, tanpa arah yang jelas. Atau jangan-jangan bandar juga kena pajak?
Jangan-jangan… bandarnya berseragam?
Kalau benar, permainan ini seperti punya wasit yang juga ikut bertaruh.
Negara seharusnya hadir.
Bukan sekadar menonton.
Bukan sekadar formalitas.
Hadir dengan keberanian.
Hadir dengan political will yang nyata, untuk memutus rantai pihak-pihak yang nyaman di balik layar.
Karena ini bukan sekadar tentang bandar dan pemain. Ini tentang: benarkah hukum ditegakkan demi keadilan?
Atau demi mereka yang membayar?
Atau demi menjaga kantong bandar tetap penuh?
Jika hukum bisa dipakai seperti ini, yang kalah bukan cuma para penjudi.
Yang kalah adalah kita semua. Karena kepercayaan publik… perlahan terkikis.
Habis.
Wallahualam
Berlangganan berita gratis di Google News klik disini
Ikuti juga saluran kami di Whatsapp klik disini
