SEORANG pria yang telah lama berjuang di jalan keumatan, Syukron Muchtar kini tengah menempuh jalan yang lebih besar. Bukan hanya sebagai pribadi yang peduli pada pendidikan agama, namun juga sebagai anggota DPRD Provinsi Lampung dari Fraksi PKS, dia merasa terpanggil untuk memberikan kontribusi nyata bagi kesejahteraan guru ngaji di pelosok-pelosok daerah.
Dalam setiap langkahnya, ada satu keyakinan yang selalu ia pegang: bahwa kesejahteraan guru ngaji adalah pondasi bagi pendidikan anak-anak bangsa.
“Saya tahu betul bagaimana rasanya menjadi seorang guru ngaji,” tuturnya dengan nada yang penuh empati. “Mereka tidak meminta banyak, bukan tentang uang atau harta, tapi sekadar kecukupan agar mereka bisa terus mengajar dengan tenang.”
Dengan latar belakang yang kuat dalam aktivitas keagamaan, Syukron memahami betul bahwa peran para guru ngaji lebih dari sekadar mengajarkan Al-Qur’an. Mereka adalah pembawa lentera di tengah gelapnya zaman. Namun, sering kali peran ini diabaikan, bahkan terlupakan.
“Saya sering mendengar keluhan dari mereka, tapi apa yang bisa saya lakukan waktu itu? Hanya bisa berkata sabar,” kenangnya. Kini, dengan posisinya di Komisi V, Syukron tak lagi hanya bisa memberikan harapan kosong. Ia ingin memastikan bahwa perhatian terhadap guru ngaji tak berhenti di kata-kata.
“Saya sudah punya beberapa gagasan. Misalnya, rumah ibadah atau yayasan diberi bantuan subsidi listrik. Tidak perlu berbentuk uang, tapi itu sudah sangat membantu,” jelasnya. Ia sadar, sering kali solusi terbaik datang dari hal-hal kecil yang bisa diimplementasikan secara nyata.
Dalam kesehariannya, Syukron bukan hanya sekadar seorang politisi. Di balik pembawaannya yang energik, ada hati yang senantiasa berpikir untuk orang-orang kecil, mereka yang hidup dalam kesederhanaan, namun penuh makna.
“Mereka ini pahlawan yang tidak pernah minta balasan apa-apa,” katanya lembut, seraya menatap jauh ke depan.
Kini, tanggung jawabnya semakin besar. Dengan posisinya sebagai wakil rakyat, Syukron berkomitmen untuk terus mengawal kesejahteraan guru ngaji di Lampung.
“Saya tidak ingin mereka terus menunggu. Kalau peraturan sudah ada, tinggal kita kawal dan pastikan berjalan,” tegasnya.
Syukron Muchtar, sosok yang telah melewati jalan panjang penuh liku, kini berada di titik di mana ia bisa benar-benar berbuat lebih. Di pundaknya, ada amanah besar, dan dia tahu betul bahwa setiap langkah yang ia ambil bukan hanya untuk dirinya, tapi untuk kebaikan bersama. (sandika)














