Scroll untuk baca artikel
iklan
HEADLINEPEMILU

KPU Tutup Akses Media: Demokrasi dalam Bahaya

×

KPU Tutup Akses Media: Demokrasi dalam Bahaya

Share this article

PEMBARUAN.ID -Kebijakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Pesawaran yang membatasi media untuk meliput Debat Publik antara pasangan calon bupati dan wakil bupati dalam Pemungutan Suara Ulang (PSU) menuai sorotan.

Akademisi Universitas Bandar Lampung (UBL) Rifandy Ritonga menilai forum tersebut seharusnya terbuka untuk publik dan bisa diakses oleh media sebagai penyampai informasi langsung kepada masyarakat.

“Kita mempertanyakan ya bagaimana mungkin debat kandidat, jantung dari pesta demokrasi ditutup dari sorotan media. Ini bukan debat rahasia negara, ini forum publik yang menyangkut masa depan rakyat Pesawaran,” kata dia saat dikonfirmasi, Minggu (18/05/2025).

Ia pun menilai, pembatasan peliputan oleh KPU tersebut cacat etik. Ketika media dibatasi, maka sesungguhnya KPU sedang memadamkan cahaya akal sehat dalam proses politik yang seharusnya terbuka.

Rifandy menyebut, pembatasan media merupakan bentuk pembangkangan terhadap konstitusi dan pengkhianatan terhadap rakyat. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2 tentang Keterbukaan Informasi Pub secara jelas mengamanatkan transparansi.

“Sikap KPU yang membatasi akses jurnalis adalah bentuk sensor gaya dan jika dibiarkan, akan menjadi preseden busuk dalam demokrasi,” ungkapnya.

Bahkan la juga menilai bahwa ini adalah hal lucu jika KPU berdalih soal ‘keamanan’. Sejak kapan debat publik yang menjadi hak warga untuk menyimak justru ditutup seolah-olah itu rapat intelijen?

“Justru dengan terbukanya akses media, keamanan dan akuntabilitas lebih terjamin karena semua pihak bisa menyaksikan langsung,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, ia juga meminta DKPP dan Bawaslu RI untuk segera memanggil dan memeriksa KPU Pesawaran. Tindakan ini tidak hanya cacat etik, tapi berpotensi melanggar prinsip-prinsip pemilu yang jujur dan adil.

“Jika penyelenggara Pemilu mulai takut terhadap sorotan publik, maka publik justru harus lebih waspada, karena ketika ruang demokrasi disekap, biasanya ada kepentingan gelap yang sedang dijaga!,” pungkasnya. (sandika)


Berlangganan berita gratis di Google News klik disini
Ikuti juga saluran kami di Whatsapp klik disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *