iklan
SOSOK

Menggagas Kampus Hijau dan Inklusif: Visi Pendidikan Berkelanjutan Prof. Dr. H. Sudarman

×

Menggagas Kampus Hijau dan Inklusif: Visi Pendidikan Berkelanjutan Prof. Dr. H. Sudarman

Share this article
Prof. Dr. H. Sudarman

DI tengah arus perubahan zaman yang serba cepat, dunia pendidikan Islam dihadapkan pada tantangan besar: bagaimana menyeimbangkan spiritualitas dengan kemajuan teknologi, dan bagaimana memastikan ilmu yang diajarkan tetap berpihak pada kemanusiaan dan kelestarian bumi. Di titik inilah, sosok Prof. Dr. H. Sudarman, M.Ag tampil menonjol.

Sebagai Guru Besar bidang Studi Agama-Agama di UIN Raden Intan Lampung, ia hadir bukan sekadar sebagai akademisi, tetapi sebagai pemikir visioner yang berupaya menghidupkan nilai-nilai Islam dalam lanskap pendidikan modern yang berkelanjutan.

Baginya, kampus bukan hanya ruang belajar, tetapi ekosistem kehidupan yang harus menumbuhkan kesadaran spiritual, tanggung jawab sosial, dan kepedulian ekologis.

Konsep itu ia sebut sebagai “pendidikan hijau dan inklusif”, sebuah gagasan yang berpijak pada integrasi antara ilmu, iman, dan alam.

Dari Lereng Tanggamus ke Menara Ilmu

Lahir di Purwodadi, 1 Juli 1969, perjalanan hidup Prof. Sudarman dimulai dari lingkungan sederhana di kaki Gunung Tanggamus.

Sejak kecil, ia sudah terbiasa hidup dalam kesederhanaan dan kedekatan dengan alam. Di wilayah perkebunan dan udara pegunungan, nilai-nilai religius dan kerja keras ditanamkan oleh kedua orang tuanya.

Ia menempuh pendidikan dasar di SD Negeri II Gisting, kemudian melanjutkan ke SMP Muhammadiyah Gisting dan SMA Muhammadiyah Gisting, jurusan Fisika.

Meskipun memiliki kemampuan logika yang kuat, hatinya justru terpanggil untuk memahami hakikat kehidupan melalui lensa agama.

“Fakta ilmiah bisa menjawab ‘bagaimana’, tapi agama mengajarkan ‘mengapa’. Keduanya harus berjalan beriringan,” ujarnya dalam satu kesempatan.

Ketertarikan itu mengantarkannya ke Universitas Muhammadiyah Surakarta, di mana ia menekuni Program Studi Perbandingan Agama. Di kampus itu, ia belajar bagaimana memahami keberagaman iman bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai peluang untuk memperdalam nilai kemanusiaan.

Setelah lulus pada tahun 1993, ia melanjutkan S2 Hubungan Antar Agama di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2000), dan menuntaskan S3 Islamic Studies di universitas yang sama pada 2011.

Selama masa studinya di Yogyakarta, ia banyak terinspirasi oleh pemikiran inklusif para ulama dan cendekiawan Muslim yang mengedepankan dialog lintas iman.

“Studi agama bukan untuk mencari siapa yang paling benar, tetapi bagaimana kita bisa hidup bersama dalam kebenaran,” begitu prinsip yang terus ia pegang hingga kini.

Prof. Dr. H. Sudarman saat mendampingi mahasiswa S2 Filasafat Agama berkunjung ke UIN Sunan Kalijaga, pada kesempatan tersebut Prodi Filsafat Agama menjalin kerjasama dengan Prodi Akidah Filasafat UIN Suka.

Meniti Tangga Akademik dengan Integritas

Perjalanan kariernya di dunia akademik dimulai di IAIN Raden Intan Lampung, tempat ia mengabdikan diri sejak akhir 1990-an. Dari sinilah ia mulai membangun reputasinya sebagai dosen yang tekun, sistematis, dan penuh dedikasi terhadap mutu pendidikan.

Ia pernah memegang berbagai posisi strategis:

  • Sekretaris Jurusan Perbandingan Agama (1999–2000)
  • Anggota Senat Fakultas Ushuluddin (1998–2002)
  • Staf Ahli Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan (2009–2012)
  • Sekretaris Lembaga Penjaminan Mutu (2012–2014)
  • Wakil Dekan II Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama (2014–2019)
  • Kepala Pusat Penelitian (2018–2022)
    Ketua Lembaga Penjaminan Mutu (2022–2023)
  • Ketua Program Studi Magister Filsafat Agama (sejak September 2023)

Setiap posisi ia jalani bukan hanya sebagai tugas administratif, tetapi sebagai ladang pengabdian intelektual. Ia dikenal sebagai sosok yang detail dan menaruh perhatian besar terhadap kualitas pengajaran serta tata kelola akademik.

“Mutu bukan sekadar dokumen akreditasi, tapi sikap mental. Ketika dosen dan mahasiswa sama-sama menjaga integritas, di situlah mutu sejati tumbuh,” ungkapnya.

Komitmen itu membuahkan hasil. Selama kepemimpinannya di berbagai lembaga mutu, UIN Raden Intan Lampung semakin memperkuat posisinya sebagai salah satu kampus Islam yang berorientasi pada keunggulan akademik dan tata kelola yang profesional.

Visi Hijau untuk Pendidikan Islam

Salah satu gagasan besar Prof. Sudarman yang paling dikenal adalah konsep kampus hijau dan inklusif berbasis ekoteologi.

Gagasan ini berpijak pada keyakinannya bahwa pendidikan Islam harus selaras dengan keberlanjutan lingkungan. Bagi Prof. Sudarman, menanam pohon, mengurangi sampah plastik, dan menjaga kebersihan kampus bukan sekadar program fisik, tetapi manifestasi iman ekologis.

“Ekoteologi bukan teori baru, tapi cara kita menafsirkan kembali amanah khalifah fil ardh — manusia sebagai penjaga bumi,” katanya.

Ia mendorong agar kampus menjadi laboratorium etika lingkungan, di mana ilmu pengetahuan dan spiritualitas bertemu dalam tindakan nyata.

Visi ini sejalan dengan arah besar UIN Raden Intan Lampung yang ingin menjadi “Universitas Islam Unggul dan Berdaya Saing Internasional 2035 dengan Integrasi Keilmuan Islam, Kemanusiaan, Digital, dan Ekoteologi untuk Peradaban Berkelanjutan.”

Sebagai akademisi senior, Prof. Sudarman terlibat aktif dalam merumuskan dan mengawal visi tersebut agar benar-benar hidup di setiap sendi kampus — dari kebijakan, kurikulum, hingga budaya akademik sehari-hari.

Menurutnya, pendidikan tinggi Islam harus melahirkan generasi yang tidak hanya pandai membaca kitab dan teori, tetapi juga peka terhadap realitas sosial dan lingkungan.

“Kita sedang mencetak ilmuwan yang beriman, bukan sekadar lulusan yang pandai. Karena iman sejati melahirkan kepedulian,” tegasnya.

Mendidik dengan Hati, Menginspirasi dengan Teladan

Meski menyandang gelar Guru Besar dan pangkat Pembina Utama (IV/e), Prof. Sudarman tetap dikenal rendah hati. Ia sering tampak berjalan kaki menyusuri lorong kampus, menyapa mahasiswa dengan senyum, atau duduk santai di ruang dosen sambil berdiskusi tentang riset dan etika akademik.

Kantornya di Jl. Letkol H. Endro Suratmin, Sukarame, Bandar Lampung, selalu terbuka bagi siapa pun yang ingin berbagi gagasan. Mahasiswa bimbingannya kerap menceritakan bagaimana sang profesor tidak hanya membimbing dari sisi akademik, tetapi juga memberi nasihat kehidupan.

Ia mudah dihubungi — baik melalui telepon (0812-7960-7654) maupun email([email protected]) — dan selalu berusaha merespons dengan sopan dan penuh perhatian.

Sebagai pendidik, ia mengedepankan pendekatan humanis. Ia percaya bahwa mahasiswa bukan sekadar peserta didik, tetapi individu yang sedang tumbuh menemukan jati dirinya.

“Tugas dosen bukan hanya mentransfer ilmu, tapi menumbuhkan makna,” ujarnya.

Dalam setiap kuliah, ia berupaya mengaitkan teori agama dengan konteks kekinian — mulai dari pluralisme, krisis lingkungan, hingga transformasi digital.

Ia ingin mahasiswa memahami bahwa agama selalu relevan, sejauh manusia mau memaknainya dalam realitas modern.

Penulis (kanan) saat minta persetujuan ujian terbuka tesis dengan Prof Dr Sudarman sebagai Kaprodi Filsafat Agama

Menjaga Keutuhan Ilmu dan Kemanusiaan

Di tengah dunia akademik yang kian pragmatis, Prof. Sudarman dikenal sebagai penjaga ruh keilmuan. Ia menekankan pentingnya integrasi antara keilmuan Islam dan sains modern tanpa kehilangan nilai etika dan spiritualitas.

Baginya, peradaban hanya akan tumbuh jika ilmu pengetahuan diiringi oleh kesadaran moral.

“Kita boleh modern, tapi tidak boleh kehilangan arah. Islam mengajarkan bahwa ilmu tanpa akhlak adalah kebodohan yang berwajah cerdas,” ucapnya tegas.

Dalam konteks inilah, Prof. Sudarman memandang peran UIN Raden Intan sebagai pelopor universitas Islam yang progresif, namun tetap berakar pada nilai-nilai kemanusiaan dan lingkungan.

Melalui penelitian, publikasi, dan bimbingan akademik, ia terus menyalakan api kesadaran bahwa pendidikan bukan sekadar investasi karier, melainkan ibadah intelektual yang berdampak sosial.

Prof Dr H Sudarman saat mendampingi mahasiswa S2 Filsafat Agama mengunjungi civitas akademika Fakultas Filsafat UGM.

Warisan Pemikiran dan Harapan Masa Depan

Kini, setelah lebih dari dua dekade berkiprah, Prof. Dr. H. Sudarman, M.Ag tidak hanya dikenal sebagai akademisi produktif, tetapi juga sebagai sosok pembaharu yang meletakkan dasar bagi budaya mutu, riset, dan ekoteologi di UIN Raden Intan Lampung.

Ia meyakini, masa depan pendidikan Islam bergantung pada kemampuan perguruan tinggi untuk terus berinovasi tanpa meninggalkan nilai-nilai spiritual.

“Pendidikan yang berkelanjutan adalah pendidikan yang menumbuhkan rasa tanggung jawab kepada Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta,” ujarnya dengan penuh keyakinan.

Dengan semangat yang tenang namun visioner, Prof. Sudarman terus melangkah — mengajarkan ilmu, menanam nilai, dan merawat bumi.

Dalam sosoknya, kita melihat wujud nyata dari pendidikan Islam yang hidup, yang berpikir global namun tetap berakar lokal; yang mengajarkan iman sekaligus kepedulian; dan yang menumbuhkan manusia, bukan sekadar lulusan.

Di tengah kampus hijau yang ia bantu gagas, langkahnya mungkin pelan, tapi suaranya bergema jauh: bahwa masa depan pendidikan Islam harus berwarna hijau — teduh, inklusif, dan berkelanjutan. (***/red)


Berlangganan berita gratis di Google News klik disini
Ikuti juga saluran kami di Whatsapp klik disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *