PEMBARUAN.ID (Kepulauan Seribu) – Di sebuah sudut Pulau Kelapa, aroma tumisan bawang dan wangi ikan pindang berpadu dengan suara riuh tawa ibu-ibu. Di balik kepulan uap dapur itu, lahirlah sebuah gerakan sederhana namun berdampak besar: Bi Encing, akronim dari Bisnis Emak-emak Ngurusin Catering.
Bagi sebagian orang, ini hanya usaha katering biasa. Namun bagi perempuan-perempuan Pulau Kelapa, Bi Encing adalah simbol keberdayaan, kebersamaan, dan tekad untuk membangun generasi yang lebih sehat.
Dari Dapur ke Gerakan Sosial
Awalnya, Bi Encing tumbuh dari program Pemberian Makanan Utama (PMU) untuk Seribu Asa — inisiatif Selamatkan Stunting dan Gizi Buruk Bersama Pertamina yang digagas PHE OSES. Para kader PKK, kader Posyandu, dan tim dapur sehat bahu-membahu memasak makanan bergizi dari bahan lokal untuk anak-anak stunting.
Namun semangat mereka tak berhenti di situ. “Kami ingin lebih dari sekadar memasak. Kami ingin menanamkan kesadaran bahwa makanan sehat itu penting, bukan hanya untuk anak-anak, tapi untuk seluruh keluarga,” ujar Masiah Arestia, salah satu anggota Bi Encing.
Mencicipi Perubahan
Dari menu sederhana seperti ikan goreng, sate lilit, hingga pindang khas pulau, Bi Encing kini melayani pesanan untuk instansi pemerintah, swasta, hingga warga umum. Setiap hidangan tak hanya lezat, tapi juga lolos kurasi gizi dari ahli dan mendapat persetujuan instansi terkait.
Dukungan datang dari PHE OSES, mulai dari pelatihan, peralatan dapur, hingga freezer. “Ini bukan hanya bisnis, tapi tentang masa depan anak-anak pulau,” tegas Indra Darmawan, Head of Communication, Relations & CID PHE OSES.
Hasilnya nyata: sejak Desember 2024 hingga Agustus 2025, perkembangan fisik 23 dari 36 anak stunting di Pulau Kelapa menunjukkan peningkatan signifikan.
Lebih dari Sekadar Omzet
Permintaan katering yang meningkat membuka lapangan kerja baru bagi warga lokal. Selama enam bulan, Bi Encing meraih omzet hingga Rp60 juta. Angka itu memang penting, tapi kebanggaan terbesar mereka adalah perubahan yang terasa di masyarakat.
“Alhamdulillah, program ini memberi kami peluang untuk ikut membangun generasi yang sehat. Semoga kebaikan ini menular ke pulau-pulau lain,” ucap Masiah.
Api Kompor, Api Harapan
Di Pulau Kelapa, api yang menyala di dapur Bi Encing bukan sekadar mematangkan makanan. Ia memanaskan semangat para ibu, menghangatkan harapan anak-anak, dan menerangi jalan menuju masa depan yang lebih berdaya.
Dari sini, dari dapur kecil di tepi laut, perubahan itu mulai direbus, ditumis, dan disajikan—dengan cinta. (red)














