Suara Perlawanan Menggema, DPRD Janji Takkan Bungkam
PEMBARUAN.ID – Langit di atas Gedung DPRD Lampung, Jumat (23/08/2024) tampak mendung, seolah menunggu sesuatu yang besar akan terjadi.
Ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, yang tergabung dalam Aliansi Lampung Menggugat, berkumpul di depan gedung tersebut.
Suara mereka serempak menyerukan perubahan, menggema di sepanjang jalan, menuntut keadilan atas keputusan yang mereka anggap diabaikan.
Hari suci menjadi saksi dari aksi demonstrasi yang tidak biasa. Putusan Mahkamah Konstitusi nomor 60 dan 70 Tahun 2024 tentang Pilkada menjadi pemicu amarah mereka. Mahasiswa yang datang dengan tekad kuat, berharap suara mereka akan didengar dan dihargai.
Di tengah hiruk-pikuk massa, Ketua DPRD Lampung, Mingrum Gumay, muncul di hadapan mereka. Sorot matanya tajam, namun sikapnya tenang. Ia turun langsung, bukan hanya untuk menenangkan, tetapi untuk mendengar.
“Jangan sampai aspirasi dari kampus dicederai, kalian perwakilan yang cerdas dan terdidik,” katanya dengan nada yang menekankan pentingnya suara mahasiswa.
Mingrum berjanji, setiap aspirasi yang disampaikan akan diteruskan ke tingkat pusat. Namun, janji ini disambut dengan keraguan.
Mahasiswa sudah terlalu sering mendengar kata-kata manis yang akhirnya hanya menjadi angin lalu. Meskipun demikian, Mingrum tetap berharap ada perwakilan yang mau berdialog lebih lanjut.
Aksi itu berakhir sekitar pukul 15:00 WIB, bukan karena lelah, tetapi karena kekhawatiran. Novel, Jendral lapangan Aliansi Lampung Menggugat, mengungkapkan bahwa mereka khawatir demonstrasi ini akan dipelintir oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan tersembunyi. “Kami sepakat untuk menghentikan aksi ini,” ujarnya dengan tegas.
Meski tawaran dialog dari DPRD ditolak, perlawanan ini belum usai. Novel menutup pernyataannya dengan nada yang penuh tekad,
“Kami akan melaksanakan konsolidasi dalam waktu dekat, untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.” Suara itu, yang semula penuh dengan kemarahan, kini mengalir menjadi janji perjuangan yang belum selesai.
Seperti awan mendung yang akhirnya akan mengguyur hujan, perjuangan ini hanya menunggu saat yang tepat untuk kembali menggema. (sandika/red)