PEMBARUAN.ID – Sebuah langkah mengejutkan, Pj Gubernur Lampung Samsudin tiba-tiba angkat bicara terkait sengketa lahan Waydadi yang telah membekas sejak tahun 1980-an.
Seperti riak kecil yang berangsur menjadi gelombang besar, isu ini kembali mencuat dalam kunjungannya ke Kantor Walikota Bandarlampung, Eva Dwiana, Selasa (30/07/2024) sore.
Samsudin membuka pembicaraan dengan nada serius. Ia ingin konflik Waydadi, yang telah menjadi duri dalam daging bagi Pemprov Lampung dan masyarakat Sukarame, harus diselesaikan dalam waktu dekat.
“Kunjungan kerja kali ini kita juga membahas persoalan masyarakat Waydadi. Semoga bisa diselesaikan tidak terlalu lama,” ujarnya, seolah menyimpan segenggam harapan di balik kata-katanya.
Sayangnya, saat ditanya lebih jauh tentang teknis penyelesaian, jawaban Samsudin terasa mengambang.
“Secara teknis kita akan menugaskan para OPD,” tandasnya singkat, meninggalkan banyak tanya di benak yang mendengarkan.
Di sudut ruangan yang sama, Eva Dwiana, Walikota Bandarlampung, berjanji akan menjadi jembatan bagi warga dalam proses penyelesaian sengketa ini.
“Waydadi itu kan kebijakan provinsi, tapi kita akan backup dengan tidak merugikan siapapun. Kita akan menjembatani masyarakat. Pak Gubernur itu bagus, dia mau membicarakan ini secara terbuka,” tuturnya, dengan senyum hangat yang seolah ingin menyampaikan rasa empati yang tulus.
Namun, optimisme itu tidak dirasakan oleh semua pihak. Di balik tirai yang memisahkan kita dari kenyataan, seorang warga Waydadi yang enggan disebut namanya mengungkapkan rasa pesimisnya.
Dalam nada lirih penuh kelelahan, ia berkata, “Bunyi-bunyi begini ini biasa, mas, kalau mau ada pemilihan. Ujung-ujungnya kami disuruh milih, diiming-imingi lahan kami dibebaskan. Warga sudah bosan kalau cuma didekati saat mau kampanye.”
Samsudin dan Eva mungkin membawa angin segar dengan harapan akan perubahan, tetapi bagi warga Waydadi, harapan itu telah berkali-kali terkikis oleh janji-janji yang tak kunjung ditepati.
Di tengah gemuruh politik dan kepentingan, kisah mereka adalah cermin dari sebuah perjuangan yang belum usai, menanti sentuhan nyata yang bisa mengubah nasib menjadi lebih baik.
Seperti harapan yang tak pernah mati, mereka terus berdiri, berharap suatu hari janji itu akan menjadi nyata, menghapus luka yang telah lama membekas. (agis/red)














