PEMBARUAN.ID – Di tengah panasnya dinamika politik menjelang Pilkada di Lampung Timur, sebuah percakapan dalam bahasa Jawa mendadak menyita perhatian publik.
Percakapan itu melibatkan seorang perempuan, yang diduga merupakan ibu dari admin Sistem Informasi Pencalonan (Silon). Pada Kamis, 5 September 2024, rekaman percakapan ini tersebar luas di berbagai platform media sosial, termasuk WhatsApp, dan langsung memicu spekulasi publik.
Bukan spekulasi biasa, melainkan dugaan kuat adanya intervensi elit politik yang berusaha menggagalkan pencalonan salah satu kandidat kuat, Dawam.
Percakapan yang awalnya terdengar sederhana, seiring berjalannya waktu, menjadi pusat perhatian karena menyiratkan adanya permainan politik di balik layar.
Sang ibu dalam percakapan tersebut menyebut bahwa ponsel anaknya, admin Silon, dimatikan atas perintah pihak tertentu.
“Iya, HP anakku saat ini disuruh matiin semua, dua-duanya mati lho, Pak,” ujar perempuan tersebut.
Namun, yang lebih mencengangkan adalah pengakuan bahwa anaknya tengah terjebak di antara dua kubu yang berseberangan—pihak Dawam dan pihak Mbak Nunik.
Dua kubu ini, yang masing-masing memiliki kepentingan politik besar dalam Pilkada, tampak melakukan segala cara untuk mempengaruhi hasil.
Munculnya nama Aris, admin yang pernah mengurus data Dawam, semakin memperkuat dugaan bahwa Silon, sistem yang seharusnya netral dan bersih dari intervensi politik, telah menjadi medan pertempuran elit.
“Temannya Wulan telepon saya, katanya minta didoakan karena Wulan dan Aris terancam dari kedua belah pihak, Pak,” tambahnya.
Dalam percakapan tersebut, sang ibu menyebut Aris diminta oleh pihak yang ia sebut sebagai Mbak Nunik untuk memastikan bahwa data Silon tidak bisa diakses, sebuah manuver politik yang jelas-jelas mengarah pada sabotase pencalonan Dawam.
“Kan dulu Aris yang ngurusin datanya Pak Dawam, Pak,” lanjut perempuan itu.
Lebih jauh lagi, ibu tersebut mengungkapkan kekhawatirannya terhadap tekanan yang dirasakan anaknya. Ia bahkan menyebut adanya preman yang dikendalikan oleh kubu Mbak Nunik di lingkaran KPU, menegaskan betapa kuatnya pengaruh politik dalam proses pencalonan ini.
“Katanya di KPU premannya Mbak Nunik banyak, Pak,” ujar perempuan tersebut dalam nada keprihatinan.
Viralnya percakapan ini memperuncing suhu politik di Lampung Timur. Spekulasi pun berkembang liar: apakah intervensi ini murni upaya politik untuk menjegal Dawam? Apakah ada kekuatan lain yang bermain di balik bayang-bayang?
Satu hal yang pasti, percakapan ini membuka mata masyarakat akan realita pahit di balik proses Pilkada—bahwa di balik layar, ada permainan kekuasaan yang berusaha menggagalkan langkah seorang kandidat demi kepentingan elit tertentu.
Kini, masyarakat menanti dengan penuh kekhawatiran: bagaimana KPU akan merespons dugaan ini? Dan, lebih penting lagi, apakah keadilan dalam proses demokrasi masih bisa ditegakkan di tengah tekanan dari berbagai pihak berkepentingan? (***)