Scroll untuk baca artikel
PEMILU

Kampanye Pilgub: Hiburan Rakyat vs Sholawatan, Mana Lebih Efektif?

×

Kampanye Pilgub: Hiburan Rakyat vs Sholawatan, Mana Lebih Efektif?

Share this article

PEMBARUAN.ID – Masa kampanye dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) merupakan tahapan krusial bagi setiap pasangan calon untuk menarik simpati pemilih. Sejak kampanye Pilkada dimulai pada 25 September dan berlanjut hingga 20 November 2024, tiap pasangan calon berlomba-lomba menggelar berbagai kegiatan, mulai dari hiburan rakyat hingga sholawatan. Namun, efektivitas metode kampanye ini masih diperdebatkan.

Dalam pelaksanaan kampanye, banyak pasangan calon (paslon) masih menggunakan metode yang bersifat monologis, di mana masyarakat hanya menjadi pendengar dari janji-janji politik. Pengamat politik Universitas Lampung (Unila), Bendi Juantara, menilai pentingnya kampanye bersifat dialogis. “Pertukaran pendapat atau adu gagasan seharusnya tidak hanya di arena debat, tetapi juga dalam setiap kampanye langsung. Ini bisa menjadi media pendidikan politik bagi masyarakat,” katanya, Kamis (31/10/2024).

Bendi menekankan, kampanye dialogis memberikan ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi mereka, selain menjadi sarana komunikasi dua arah. “Model hiburan atau perlombaan sah-sah saja, asal aspek pesan politik tersampaikan secara substansi dan memungkinkan adanya interaksi antara calon dan pemilih,” jelasnya.

Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Lampung (UML), Chandrawansah, juga berpendapat bahwa metode kampanye monologis perlu diubah. Ia menyatakan bahwa kampanye yang hanya bersifat satu arah dan lebih berfokus pada pencitraan politik sebaiknya diubah menjadi wadah untuk mendengarkan aspirasi masyarakat. “Setidaknya paslon memberikan edukasi dan benar-benar mendengarkan kebutuhan rakyat Lampung,” ujar mantan Ketua Bawaslu Bandarlampung periode 2019-2024 ini.

Dua Pendekatan Kampanye: Hiburan Rakyat dan Sholawatan

Pada pemilihan Gubernur Lampung, kedua pasangan calon, yakni Arinal Djunaidi – Sutono (Ardjuno) dan Rahmat Mirzani Djausal – Jihan Nurlela (Mirza-Jihan), memilih strategi berbeda dalam mendulang suara. Paslon nomor urut 1, Ardjuno, menggelar kampanye dengan hiburan rakyat di 10 kabupaten/kota dengan mengundang grup musik terkenal, Syila Musik. Di sisi lain, paslon nomor urut 2, Mirza-Jihan, lebih sering menghadiri acara sholawatan yang dikemas dalam rangkaian tasyakuran dan peringatan hari santri.

Chandrawansah mengomentari metode kampanye ini. Menurutnya, kampanye hiburan rakyat efektif menarik massa, namun kurang mampu mengubah persepsi pemilih yang kini semakin kritis. “Acara seperti konser dapat menarik perhatian, namun belum tentu mempengaruhi pandangan pemilih. Mereka lebih tertarik pada program atau visi konkret,” terangnya.

Ia menambahkan bahwa cara yang lebih efektif dalam meningkatkan elektabilitas adalah program yang jelas dan konsisten, dengan solusi nyata atas isu-isu lokal. “Dukungan tokoh masyarakat, kampanye door-to-door, serta transparansi rekam jejak kandidat lebih berpengaruh,” ungkapnya. Selain itu, kampanye bertemu tokoh masyarakat dan tokoh agama efektif dalam menjangkau pemilih yang menghormati pandangan tokoh-tokoh tersebut.

Bendi juga menyatakan bahwa model kampanye dengan hiburan rakyat tetap dapat digunakan, namun harus tetap mengedepankan aspek dialogis. “Face-to-face campaign jelas lebih efektif karena pemilih bisa langsung berkomunikasi dengan calon,” ujarnya. Menurutnya, efektivitas kampanye tergantung pada minat pemilih serta sejauh mana dialog dan interaksi dibangun.

Dalam persaingan Pilgub Lampung ini, terlihat dua pendekatan kampanye yang berbeda. Pertanyaannya, mana yang lebih efektif? Para pengamat sepakat, kuncinya adalah membangun kampanye yang tidak hanya meriah di permukaan, namun mampu mengajak pemilih berpartisipasi secara aktif, dialogis, dan dengan solusi konkret. (sandika)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *