PEMBARUAN.ID – Suasana Pondok Pesantren Ishlahul Ulum, Sumberagung, Kemiling, Bandarlampung, hari itu berbeda dari biasanya.
Ya, Sekolah Instruktur yang digelar oleh Pengurus Cabang (PC) PMII Bandarlampung pada 5-8 September 2024 menjadi ruang bagi para kader muda untuk mendengarkan petuah dari Majelis Pembimbing Cabang (Mabincab) PMII Bandarlampung, Syahrudin Putra.
Dalam sambutannya, pria yang akrab disapa Bang Syah itu menyampaikan pesan yang mendalam, yang bukan hanya berisi harapan, tapi juga sebuah panggilan untuk bergerak.
“PMII ini bukan hanya sekadar organisasi kader biasa. Kita berlandaskan Ahlussunnah wal Jamaah, dan itu bukan hal yang ringan. Harapannya, PMII bisa menjadi tempat lahirnya kader-kader yang benar-benar kompeten, baik dari segi teknis maupun manajerial,” kata Syahrudin, dengan nada yang serius namun tenang.
Ia ingin PMII tidak hanya diingat sebagai organisasi, tetapi sebagai “rumah” bagi para talenta muda yang sedang berproses.
Syahrudin juga menekankan pentingnya prinsip zikir, fikir, dan amal sholeh yang menjadi pegangan PMII. Ia memperingatkan agar jangan sampai prinsip tersebut kehilangan maknanya dan hanya menjadi sekadar slogan.
“Kompetensi itu kunci. PMII tidak boleh terjebak dalam sensasi semata, tapi harus berpegang pada kompetensi nyata,” ucapnya tegas, menggarisbawahi bahwa masa depan bangsa ini, terutama bonus demografi yang semakin dekat, hanya bisa dihadapi dengan talenta yang siap dan terlatih.
Dalam konteks ini, Syahrudin menyebutkan bahwa PMII memiliki instrumen yang cukup dan sudah terbukti berhasil mencetak kader yang unggul, mulai dari Mapaba, PKD, PKL, hingga Sekolah Instruktur.
Semua itu, menurutnya, adalah alat yang dirancang untuk satu tujuan: mencetak generasi yang siap menyambut Indonesia Emas 2045.
“Kita memiliki semuanya. Sekarang tinggal bagaimana kita menjalani prosesnya dengan benar,” lanjutnya, seolah ingin menyentuh sisi reflektif para kader.
Namun, Syahrudin tidak berhenti di situ. Ia menekankan pentingnya menjaga kekritisan dalam tubuh PMII. Menurutnya, di tengah berbagai fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, kader PMII harus selalu siap menyikapi setiap permasalahan dengan pandangan yang kritis, didukung oleh kajian akademik yang terukur dan ilmiah.
“Adaptasi adalah kunci, tapi jangan sampai kita kehilangan jati diri. Toleransi dan keberagaman adalah nilai yang harus selalu dijaga,” tambahnya dengan nada yang lebih tenang.
Di penghujung sambutannya, Syahrudin menyampaikan satu kalimat yang menggugah semangat, “Proses tidak pernah mengkhianati hasil.” Kalimat ini bukan sekadar motivasi, tetapi sebuah pengingat bahwa setiap langkah, sekecil apapun, adalah bagian penting dalam perjalanan menuju masa depan yang cerah.
Dengan penuh semangat, ia menutup pidatonya dengan seruan yang sederhana namun penuh makna, “Tangan terkepal, maju ke muka!” Sebuah ajakan untuk tidak pernah berhenti berproses, untuk selalu bergerak maju, dengan kepala tegak menghadapi tantangan di depan.
Sekolah Instruktur ini bukan hanya tentang peningkatan kompetensi teknis dan manajerial para kader. Lebih dari itu, ini adalah ruang bagi mereka untuk merefleksikan diri, mengingat kembali nilai-nilai yang dijunjung oleh PMII, dan meresapi bahwa masa depan tidak hanya soal siapa yang lebih siap, tapi siapa yang mau terus berjuang. (***)