list
Facebook
Twitter
WhatsApp

PEMBARUAN.ID – Bagi para pecinta fashion di Lampung, nama Kahut Siger Bori mungkin sudah akrab di telinga. Usaha fashion lokal ini bukan sekadar bisnis biasa—ia membawa nafas baru dengan ciri khas bahan-bahan alami yang diolah menjadi motif dan pewarnaan unik. Produk-produk mereka tidak hanya memikat karena estetika, tetapi juga karena komitmennya terhadap kelestarian lingkungan.

Berawal dari kesadaran akan dampak besar industri fashion terhadap pencemaran, Anggraeni Kumala Sari, sang pendiri, mencoba melawan arus. Sejak 2018, ia mendirikan Kahut Siger Bori, mengusung teknik eco-print dalam setiap produknya.

Teknik ini memungkinkan kain diwarnai dengan bahan alami seperti daun, bunga, dan kulit kayu, menciptakan motif yang tak pernah sama satu dengan yang lain.

“Awalnya, saya memiliki usaha bordir di Jawa Tengah. Saya sering berpindah-pindah karena mengikuti tugas suami. Namun, saya tak bisa lepas dari dunia kriya dan wastra,” ungkap Anggraeni.

Ia melanjutkan, “Saat itu, saya banyak menggunakan bahan sintetis. Hingga akhirnya saya tahu bahwa industri fashion adalah salah satu pencemar terbesar di dunia, selain plastik. Dari situ, saya bertekad untuk beralih ke bahan alami.”

Keputusan itu menuntunnya pada teknik eco-print. Ia mempelajari metode ini dengan penuh semangat. Prosesnya ternyata tidak mudah. Banyak faktor seperti jenis daun, kelembapan udara, hingga pH air harus diperhatikan agar hasilnya sempurna.

“Setiap rumah produksi pasti menghasilkan pola yang berbeda, karena kondisi lingkungan yang beragam,” jelasnya.

Nama “Kahut Siger Bori” sendiri punya makna mendalam. Dalam bahasa Lampung Pesisir, “Kahut” berarti sayang, “Siger” adalah mahkota wanita, dan “Bori” berasal dari teknik shibori. Nama itu mencerminkan kecintaan pada budaya lokal yang dipadukan dengan inovasi.

Namun, perjalanan Kahut Siger Bori tak selalu mulus. Modal awalnya terbatas, hanya sekitar Rp500 ribu untuk membeli 10 meter kain. Peralatan pun sederhana, menggunakan panci dan kompor bekas dapur. Tantangan semakin berat ketika pandemi melanda di awal 2020. Tetapi, justru di tengah krisis itulah, usaha ini menemukan pijakan.

“Kami tumbuh di era pandemi. Banyak insentif pemerintah yang membantu UKM seperti kami bertahan dan berkembang,” kenangnya.

Salah satu dukungan terbesar datang dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). “BRI memberikan banyak pelatihan, kemudahan perizinan, dan kesempatan mengikuti pameran skala nasional. Dampaknya luar biasa. Dalam dua hari pameran, kami bisa meraih omset setara dengan pendapatan sebulan,” ungkapnya dengan penuh syukur.

Kini, produk-produk Kahut Siger Bori telah merambah pasar di luar Lampung. Motif-motif alami yang memikat, dikombinasikan dengan filosofi ramah lingkungan, membuat brand ini semakin diminati.

Dari modal kecil hingga keberhasilan menembus pasar nasional, perjalanan Kahut Siger Bori adalah bukti bahwa mimpi yang digerakkan dengan niat baik dan kerja keras dapat membuahkan hasil yang indah. (***)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terkait