PEMBARUAN.ID – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Lampung bekerjasama dengan Pengurus Pusat IDAI, UKK Kardiologi, Neurologi, Nutrisi dan Penyakit Metabolik dan Hematologi-Onkologi mengadakan Simposium Nasional (SINAS) di Grand Mercure Lampung, Jumat (23/02/2024).
SINAS yang mengusung tema ‘From Bench to Bedside: Advancing Pediatric Non Communicable Disease Care’ itu digelar guna meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan anak, mengembangkan ilmu kesehatan anak dan meningkatkan kesejahteraan dokter spesialis anak.
“Simposium Nasional IDAI adalah salah satu kegiatan rutin ilmiah yang diselenggarakan oleh IDAI sebagai wadah untuk mencapai tujuan IDAI,” kata Ketua Pengurus Pusat IDAI, Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) dalam sambutannya.
Saat ini, lanjut dia, sudah terjadi perubahan pola penyakit dan kematian yang semula didominasi oleh penyakit infeksi beralih menjadi penyakit non infeksi (penyakit tidak menular / PTM).
“Penyakit tidak menular (non communicable disease) masih menjadi ancaman utama kesehatan, bahkan menjadi penyebab kematian terbanyak di Indonesia,” tuturnya.
Banyaknya kasus penyakit tidak menular yang terus meningkat, jelas dia, menjadikan pencegahannya sangat diperlukan sedini mungkin, bahkan ketika menginjak usia sekolah.
“Pencegahan penyakit tidak menular harus dilakukan sedini mungkin,” ujarnya.
Indonesia, tambah dia, mengalami perkembangan teknologi yang pesat, perubahan lingkungan, dan pergeseran gaya hidup dari kehidupan tradisional ke modern.
Perkembangan dan pergeseran tersebut, menurutnya, telah mengubah pola penyakit di masyarakat yang saat ini didominasi oleh penyakit tidak menular.
“Perubahan trend penyakit juga diikuti dengan pergeseran pola penyakit. Sebelumnya, penyakit tidak menular lebih banyak ditemukan pada orang tua. Saat ini prevalensi penyakit semakin meningkat pada kelompok usia 10–14 tahun, dan penyakit terbanyak adalah penyakit jantung, kelainan darah, malnutrisi dan diabetes,” jelas dia.
Data UNICEF menyebutkan 1 dari 5 kematian pada remaja diakibatkan penyakit tidak menular dan data Riskesdas 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi PTM jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013.
Kenaikan prevalensi PTM berhubungan dengan faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan, yaitu usia, dan faktor risiko yang dapat dikendalikan, yaitu gaya hidup tidak sehat.
Anak-anak yang mengalami gangguan pertumbuhan memiliki risiko lebih besar untuk mengalami gangguan metabolik, yang akan meningkatkan risiko PTM di usia dewasa.
Disisi lain, anak yang dilahirkan dalam kondisi baik, namun karena gaya hidup tidak sehat, juga meningkatkan risiko PTM di masa depan.
“Oleh sebab itu, IDAI memandang penting bagi para dokter umum dan dokter spesialis anak di Indonesia agar dapat mendeteksi dan melakukan tata laksana PTM sejak dini untuk mencegah komplikasi di masa dewasa,” pungkasnya.
Di tempat yang sama, Ketua IDAI Cabang Lampung, Dr Fedriyansyah, SpA, M.Kes mengatakan, dengan adanya kegiatan Simposium Nasional ilmiah ini, para dokter umum dan dokter spesialis anak dapat memperbaharui ilmu penanganan terkinj mengenai penyakit tidak menular.
“Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak yang penting bagi perkembangan serta pertumbuhan anak Indonesia ke depannya,” kata dia.
Sementara itu, Ketua Panitia Simposium Nasional 2024, Dr Rachman Indra Jaya, SpA melaporkan, Simposium Nasional 2024 kali ini diikuti oleh sekitar 800 peserta dokter umum dan dokter spesialis anak yang hadir secara luring di Grand Mercure Hotel, Bandarlampung maupun daring melalui saluran televideo.
“Para peserta sangat antusias mengikuti bernagai seminar dan workshop serta diskusi langsung dengan dokter spesialis anak mengenai kasus-kasus kesehatan yangsedang ditangani atau dihadapi,” kata dia.
Dengan adanya SINAS, lanjut dia, diharapkan sejawat dapat membuat keputusan klinis untuk masalah kesehatan pada anak yang ditemui secara professional.
“Berdasarkan prinsip evidence based medicine dan meningkatkan kualitas pelayanan dokter Indonesia,” tutupnya. (***)