logo pembaruan
list

Kembali Sepanggung

Facebook
Twitter
WhatsApp

DAHULU, dua Ormas kenamaan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah seringkali berseteru soal ibadah. Perdebatan antara menggunakan qunut atau tidak dalam shalat subuh menjadi sorotan utama. Mereka seperti dua musisi besar yang memperebutkan panggung, sementara penonton hanya bisa terdiam, kebingungan harus mengikuti nada siapa. Namun, seiring berjalannya waktu, perbedaan itu memudar, seperti lagu lama yang mulai dilupakan.

Ketika perbedaan qunut dan tidak qunut mulai menguap, arena perdebatan bergeser. Kini, bukan lagi soal ibadah yang jadi panggung utama, melainkan pilihan politik dan ekonomi. Keduanya, NU dan Muhammadiyah, bertransformasi menjadi dua petarung di arena yang lebih besar, berebut pengaruh dan kekuasaan di panggung politik yang megah. Mereka bukan lagi dua musisi, melainkan dua aktor besar dalam drama politik dan ekonomi bangsa.

Lalu, tanpa disadari oleh banyak orang, keduanya kini bersatu. Seperti dua musisi legendaris yang akhirnya berduet, mereka kini bersama-sama menjadi ormas yang patuh pada pemerintah. Bukan untuk meredakan perseteruan lama, tapi untuk mengelola tambang. Ya, tambang! Ironis bukan? Dua organisasi besar yang dulu berseteru soal ibadah, kini bersatu dalam mengelola kekayaan alam.

Mereka yang dulu berdiri di panggung ibadah, kini menjadi penonton setia di panggung ekonomi. Mengikuti alur cerita yang ditulis oleh sang sutradara utama: pemerintah. Tangan yang dulu saling mengacungkan jari dalam perdebatan, kini saling menggenggam erat dalam kesepakatan. Mungkin, inilah cara mereka bernyanyi dalam harmoni, di tengah gemuruh mesin tambang yang tak pernah henti beroperasi.

Dan begitulah cerita ini berakhir, bukan dengan selesainya perdebatan panjang tentang qunut, bukan pula dengan gemuruh tepuk tangan dari penonton setia yang telah mengikuti kisah ini sejak awal. Kini, panggung besar mereka adalah tambang, dan suara lantang mereka adalah deru mesin-mesin besar.

Jadi, jika suatu hari nanti Anda melihat sebuah lubang besar di tanah, ingatlah bahwa itu bukan hanya sekadar tambang. Itu adalah saksi bisu dari sebuah transformasi besar dua organisasi yang dulunya berdebat soal doa, namun kini berdoa agar tak kehilangan lahan konsesi. Ah, kehidupan ini memang penuh kejutan, bukan? Ternyata, dari qunut ke tambang, jaraknya hanya sejauh keputusan politik.

Selamat datang di era baru, di mana harmoni tercipta bukan dari kesamaan keyakinan, tapi dari kesamaan kepentingan. Mari bertepuk tangan, meski mungkin tangan kita masih kotor oleh debu tambang. Toh, dalam kehidupan ini, yang terpenting adalah menemukan cara untuk tetap bersatu, meski harus bernafas dalam ironi.

Wallahualam

Leave a Comment

Berita Terkait

Copyright © pembaruan.id
All right reserved